Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

FIFA Berharap Bir Tetap Dijual di Piala Dunia

By Yudhi F. Oktaviadhi - Kamis, 19 Januari 2012 | 17:39 WIB

Perhelatan Piala Dunia 2014 masih akan berlangsung dalam dua tahun ke depan. Namun, menjelang pesta sepak bola sedunia itu, tuan rumah Brasil telah menyatakan melarang konsumsi bir selama Piala Dunia.

Namun, larangan pemerintah Brasil itu langsung ditolak oleh FIFA. Federasi Sepak Bola Dunia itu mendesak agar bir bisa tetap dijual di seluruh stadion yang menggelar Piala Dunia 2014.

Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke mengatakan hak menjual bir harus masuk dalam undang-undang Piala Dunia yang tengah dirancang Kongres Brasil. "Minuman beralkohol adalah bagian dari Piala Dunia, jadi mereka harus tetap ada," kata Valcke seperti dilansir bbc.co.uk, Kamis (19/1).

"Maafkan saya jika terdengar arogan, tapi soal bir ini kami tidak akan bernegosiasi. Faktanya, kami harus memiliki hak menjual bir harus menjadi bagian dari hukum," tegas Valcke.

Pernyataan Valcke ini muncul setelah FIFA merasa frustrasi karena pemungutan suara undang-undang Piala Dunia harus ditunda karena adanya perselisihan soal penjualan minuman beralkohol.

Dukungan FIFA terhadap peredaran bir di Brasil itu dikarenakan FIFA telah bekerja sama dengan Budweiser, salah satu produsen bir terbesar dunia, untuk menjadi sponsor FIFA.

Saat ini pemerintah Brasil melarang semua jenis minuman beralkohol dijual di stadion-stadion sepak bola di Brasil. Kebijakan ini sudah diberlakukan sejak 2003 untuk mengurangi kekerasan antar suporter sepak bola.

Menteri Kesehatan Brasil, Alexandre Padilha mendesak kongres untuk tetap melarang penjualan minuman beralkohol selama perhelatan piala dunia.

Sementara Valcke mengatakan bahwa negosiasi dengan Brasil soal detil pelaksanaan Piala Dunia sejauh ini berjalan lamban. "Kami kehilangan banyak waktu dan saat ini kami tidak bisa berbicara dengan para pejabat berwenang yang bisa mengambil keputusan," kata Valcke.

Selain fokus kepada peredaran bir, Valcke  mengkritik lambannya pembangunan stadion serta Brasil belum meningkatkan infrastruktur ke level yang diperlukan untuk menyambut tamu dari seluruh dunia.