Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Masry kontra Al-Ahly, kota Port Said, Rabu (1/1) terus bereskalasi. Setelah Asosiasi Sepak Bola Mesir (EFA) menghentikan semua ajang sepak bola untuk sementara waktu, diikuti dengan pembubaran EFA oleh pemerintah Mesir, kini dua orang pengunjuk rasa tewas tertembak saat melakukan protes, Jumat (3/2).
Insiden itu bermula saat ratusan rakyat Mesir turun ke jalan untuk memprotes aparat keamanan, yang mereka lalai menangani insiden berdarah pada partai Al-Masry kontra Al-Ahly Rabu lalu, di depan kantor kementrian dalam negeri. Karena dihadang, para pengunjuk rasa pun melemparkan batu ke arah aparat keamanan, yang kemudian dibalas dengan gas air mata dan peluru tajam oleh aparat.
Akibatnya, dua orang terbunuh akibat terkena peluru tajam. Tak hanya itu, berdasarkan laporan AFP, terdapat 628 orang lebih luka-luka, yang kebanyakan dari mereka cedera akibat terlalu banyak menghisap gas air mata.
Kematian 74 orang akibat kerusuhan pasca laga Al-Masry kontra Al-Ahly itu sendiri kini telah berubah menjadi konflik politik. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya rakyat Mesir yang percaya bahwa dewan militer, organisasi yang mengambil alih pemerintahan semenjak Presiden Hosni Mubarak mundur satu tahun lalu, merupakan dalang dari insiden di kota Port Said itu.