Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Wacana rekonsiliasi sebagai jalan keluar penyelesaian kisruh persepakbolaan Indonesia sudah sempat digulirkan. Namun, Mantan ketua Badan Liga Indonesia (BLI), Andi Darussalam Tabussala, menilai sudah terlambat saat ini untuk melakukannya.
Konflik berkepanjangan dalam dunia sepak bola Indonesia tak kunjung berakhir. Bahkan Indonesia pun terancam dihukum oleh FIFA jika PSSI tak berhasil mengatasi permasalahan dualisme kompetisi yang ada. Wacana rekonsiliasi pun ditawarkan kepada PSSI oleh berbagai pihak, antara lain Menpora Andi Mallarangeng dan Ketua Umum KONI, Tono Suratman.
Namun, wacana rekonsiliasi itu dianggap oleh Andi Darussalam Tabussala adalah sebuah hal yang sia-sia saat ini. Menurutnya, rekonsiliasi saat ini adalah barang yang terlambat. Terutama karena PSSI telah menjatuhkan sanksi kepada klub-klub yang berlaga di Indonesia Super League (ISL).
"Sudah terlambat. Ini sama saja seperti era Nurdin Halid, di mana waktu itu klub-klub yang mengikuti LPI diskors. Nah, klub-klub yang ikut ISL sekarang kan juga sudah diskors," ujar Andi Darussalam Tabussala kepada wartawan di Jakarta, Selasa (28/2) sore WIB.
Andi mengungkapkan bahwa kepengurusan PSSI di bawah Djohar Arifin Husin ini adalah kepengurusan yang paling meresahkan. Rekonsiliasi pun dianggapnya tak akan bisa berjalan selama Djohar masih berada di PSSI.
"Sejak 1982 saya berkecimpung dalam dunia sepak bola Indonesia, kepengurusan Djohar ini adalah yang paling meresahkan masyarakat sepak bola. Mereka ingin mencari perseteruan dengan semua pihak," ujar Mantan ketua BLI itu.
"Rekonsiliasi tak akan bisa berjalan jika Djohar masih ada di PSSI karena dia tak memiliki sikap. Kenyataannya dia tak bisa memberikan solusi bagi penyelesaian wacana rekonsiliasi yang ditawarkan. Karena itu maka ke depannya kita ingin bersama-sama bisa menyelesaikan permasalahan seperti ini," lanjutnya.