Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Story Behind Downhills Princess

By Yudhi F. Oktaviadhi - Senin, 12 Maret 2012 | 19:04 WIB
Risa Suseanty (Tjandra M. Amin/Bolanews)

All the wonder in the world is reason to believe. Lirik lagu Behind The Beauty dari penyanyi pop rock yang kerap melantunkan musik religi, Josh Wilson, terasa senada dengan gambaran keajaiban di balik sosok perempuan cantik yang senang berpacu dalam adrenalin berisiko tinggi.

Tulang rusuk patah, dislokasi leher, ligament sobek, serta berbagai luka yang menghiasi tubuh elok tak menyurutkan nurani Risa Suseanty untuk terus mengadu nyali. Dengan segala risiko dan kecelakaan yang pernah dialami, hanya perempuan istimewa yang terus berani memilih jalan hidup sebagai atlet sepeda downhill.

Risa adalah fenomea indah di dunia sepeda Indonesia. Tak hanya mewarnai lewat paras muka cantik, tetapi ia membuktikan diri sebagai penguasa. Bahkan bukan hanya di Indonesia, Downhill’s Princess kelahiran Bandung pada 25 Oktober 1980 ini merupakan ratu Asia Tenggara. Terakhir ia merebut emas pada SEA Games 2011.

Nama Risa juga disegani di kawasan Asia karena kerap naik podium dalam berbagai kejuaraan downhill Asia maupun Asian Games. Di tingkat dunia, Risa pernah tercatat di posisi ke-16 pada putaran pertama Kejuaraan Dunia Downhill 2009 di Afrika Selatan.

Padahal semasa kecil saat kelas 2 SD sampai usia 12 tahun, Risa lebih menggeluti bulu tangkis. Berbagai teknik badminton seperti serve, drop shots, dan smash lebih familiar bagi Risa kecil dibanding braking, finding the zone, atau picking lines yang kini menjadi kehebatannya di setiap menuruni trek downhill.

Memasuki masa remaja, Risa merasa bosan dengan bulu tangkis dan beralih ke sepeda. Pada 1993, ia memberanikan diri untuk mengikuti balapan sepeda di Kemang Pratama, Bekasi. Tak disangka, di sana ia berhasil menduduki peringkat kedua dan mendapat hadiah 250 ribu rupiah. Bagi remaja berusia 13 tahun, siapa pun itu, uang sebesar 250 ribu yang dihasilkan dengan keringat sendiri, tentu menjadi sebuah kebanggaan.

Prestasi yang pantas membekas di hati hingga ia memutuskan untuk lebih konsentrasi ke dunia sepeda. Selain menyehatkan, Risa merasa olah raga sepeda sangat menggembirakan. Kesenangan berwisata alam dengan menggunakan sepeda menambah kecintaan Risa pada olah raga ini. 

Merambah downhill pun diawali oleh perasaan senang saat pertama kali melihat acara fun bike. Risa merasa sangat enjoy karena bisa bermain ke gunung sambil rekreasi. Ajang cross country di Gunung Mas, Puncak, yang pertama kali diikuti olehnya. Selanjutnya proses mutasi Risa dengan olah raga sepeda ekstrim kelas downhill diwarnai oleh suka tangis bahagia sederet prestasi dan juga duka tangis kesakitan berbagai kecelakaan yang menimpa.

Di usia 32 tahun, sosok yang kini menyukai diving dan jogging cross country ini masih memiliki gelora ambisi yang sangat tinggi untuk terus berlomba. Namun, suatu saat nanti ia tentu harus memutuskan untuk berhenti balapan di trek downhill, meski berniat tidak akan berhenti bersepeda sampai tua sekali pun.

Lantas apa yang akan dilakukannya di masa depan? Risa kini sedang merintis usaha riding trip. Ia ingin mengakomodasi para pecinta sepeda yang ingin riding ke Hongkong, Macau, Cina, atau sebaliknya orang-orang luar negeri yang ingin menikmati berbagai keindahan Indonesia dengan bersepeda.