Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi. Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi. Rasakan semua, peduli untuk ironi tragedi. Senang bahagia, hingga kelak kau mati." (Bondan Prakoso feat. Fade 2 Black)
Petikan lirik dari lagu ciptaan Bondan Prakoso yang berjudul "Hidup berawal dari Mimpi" di atas, sepertinya cocok untuk menggambarkan tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU). Hanya berawal dari sebuah mimpi, mereka kini berhasil menaklukkan tujuh puncak tertinggi di dunia.
Adalah Sani Handoko, alumni dan juga anggota mahitala Unpar, yang bermimpi bisa mendaki tujuh gunung tertinggi di dunia ketika masih menjadi mahasiswa. Namun, masalah biaya memaksanya memendam dalam-dalam impiannya tersebut.
"Sekarang, impian itu bisa terwujud. Hal ini membuktikan, sebuah prestasi datang dari impian yang tinggi. Impian tersebut baru bisa terwujud jika ada tekad yang kuat dari berbagai pihak, yang menjalankan fungsi masing-masing dengan baik," ujar Rektor Universitas Katolik Parahyangan, Prof. Robertus Wahyudi Triweko, Ph.D, dalam sambutannya di sela-sela peluncuran buku Menapak Tiang Langit: Pendakian 7 Puncak Benua, di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (19/4).
Ya, tekad kuat adalah kunci yang dimiliki oleh empat orang anak muda yang tergabung di Mahitala Unpar, Sofyan Arief Fesa (29), Xaverius Frans (25), Broery Andrew Sihombing (23), dan Janatan Ginting (23). Berkat kegigihan dan sikap pantang menyerah mereka, impian yang lama terpendam akhirnya bisa menjadi kenyataan.
Berawal dari sebuah ekspedisi menaklukkan puncak Carstensz Pyramid di Papua, tim mahipala Untar bertemu dengan seorang konsultan olah raga mendaki gunung asal Jepang. Melihat keterampilan pendaki muda Indonesia, pria asal Jepang itu menyarankan untuk menaklukkan seluruh puncak-puncak tertinggi yang ada di dunia.
Sofyan dkk. dibantu tim dari ISSEMU lain akhirnya menerima saran sang konsultan dan berkomitmen untuk meraih cita-cita yang tertunda serta memberi yang terbaik untuk Indonesia. Jalan mereka semakin terbuka karena masalah dana tidak lagi menjadi kendala, berkat bantuan dari program Corporate and Social Responsibility (CSR) PT. Mudking Asia Pasifik Raya, yang sangat antusias dan profesional untuk membantu mewujudkan mimpi tersebut.
"Ekspedisi Sudirman dua setengah tahun lalu, adalah awal mula kami memulai perjalanan ini. Sejak saat itu, kami berkomitmen untuk meneruskan perjalanan menaklukkan puncak tertinggi lainnya," kata Iyan, sapaan akrab Sofyan, mewakili teman-temannya.
Perjuangan yang dimulai di Kilimanjaro (5.895 mdpl), Elbrus (5.642 mdpl), Vinson Massif (4.889 mdpl), Aconcagua (6.962 mdpl), Everest (8.842 mdpl), dan berakhir di Denali (6.194 mdpl), itu menyisakan banyak cerita dan kenangan. Mulai dari terbentuknya jalur pendakian bernama Indonesia Route di Elbrus, hadangan suhu ekstrem yang mencapai minus 45 derajat celcius di Vinson, hingga perasaan ingin menyerah kala mendaki puncak tertinggi di dunia, Everest.
Pengalaman mendaki di berbagai belahan dunia membuka wawasan Iyan dkk. mengenai keuntungan ekonomis dari olah raga mendaki gunung. Mereka menyarankan Indonesia agar mencontoh negara lain dalam hal pengelolaan objek wisata pegunungan yang melimpah di tanah air.