Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
tiba terjadi adu mulut di bangku cadangan Miami Heat, di kuarter ketiga, gim ketiga lawan Indiana Pacers, Jumat (18/5) pagi WIB. Erik Spoelstra, Udonis Haslem, dan Juwan Howard lawan Dwyane Wade. Lebron James yang seharusnya menjadi peace maker, tampak menunjukkan bahasa tubuh ‘membiarkan’ kekacauan itu. Heat kalah dengan 75-94, dan unggulan kedua itu tertinggal 1-2.
Wade memang tengah frustrasi. Pasca cedera otot perut Chris Bosh, yang mengancam Bosh tak akan bisa bermain di sisa babak play-off, semua beban kemenangan Heat dilemparkan ke bahunya. Wade diminta 100% fit dan terus meneruskan memberikan gerakan-gerakan ajaib mencetak angka.
Namun Wade bukanlah Superman. Ia manusia biasa yang punya ambang batas kekuatan. Ia bisa cedera, bisa frustrasi. Manusia besi yang sesungguhnya adalah Iron Man alias Robert Downey Jr., salah satu skuad jagoan di film Avengers. Keluar dari gedung bioskop, tak pernah ada manusia super yang tidak bisa dikalahkan.
Heat adalah tim super yang tak terkalahkan jika trifecta (Wade, LeBron, Bosh) sehat 100%. Dari angka player efficiency rating (PER) Heat memiliki dua nama di lima besar overall (seluruh pemain Barat dan Timur). LeBron dengan PER 30,80 sementara Wade dengan 26,37. Rataan PER di NBA musim ini adalah 15,00. Bosh, memiliki PER 18,94.
PER adalah peringkat produktivitas pemain per menit. Adalah John Hollinger yang mengenalkan rumus PER untuk menghitung kontribusi positif pebasket NBA di setiap menit dimainkan. PER dihitung dari kontribusi positif (field goal, free throw, 3-pointers, assist, rebound, block, dan steal), dan kontribusi negatif seperti missed shots, turnovers, dan personal foul.
Dalam daftar PER untuk wilayah Timur, saya ambil 100 besar saja, ada 3 pemain Heat yang masuk 20 besar yakni LeBron (1), Wade (2), dan Bosh (20). Kemanakah pemain Heat lain? Dialah Mario Chalmers di peringkat 104 Timur dengan angka PER 12,98 (di bawah rataan NBA 15,0).
Anda pasti terkejut saat saya membandingkan angka PER antara Heat dengan Pacers. Dalam 100 besar wilayah Timur, ternyata ada tujuh pemain Indiana Pacers yang masuk 100 besar. Mereka adalah Roy Hibbert 19,35 (peringkat 19), Danny Granger 18,68 (24), David West 17,84 (32), Paul George 16,55 (45), George Hill 15,77 (54), Leandro Barbosa 14,07 (79), dan Darren Collison 13,62 (87).
Dari angka itulah saya menarik hipotesis di setiap komentasi pertandingan NBA di MNC Sports 1 bahwa Heat adalah tim hebat ketika trifecta hebat. Ketika salah satu komponen trifecta absen karena cedera, mereka timpang sesaat. Namun ketika salah satu elemen hilang, bencana pun datang.
Heat ternyata rentan dan mirip bola kristal. Mereka mudah pecah berkeping-keping ketika terjatuh.
Di babak pertama melawan New York Knicks, mereka tampak sangat superior. Melawan New York Knicks yang terseok-seok di kompetisi reguler, akhirnya Heat bisa memetik kemenangan 4-1. Di sela-sela laga di New York, Chris Bosh sempat mengabaikan istirahat demi menunggui kelahiran sang anak di Miami. Meskipun menggunakan pesawat carteran yang diprovide LeBron dan Wade, Bosh pasti mengalami kecapekan psikologis.
Capek secara psikologis itu bisa terbawa ke lapangan. Apalagi Bosh adalah sosok yang jauh dari ingar bingar media cetak dan elektronik, yang lebih menyorot kehebatan LeBron dan Wade, sehingga tak banyak media lokal di Miami yang mengingatkan Bosh bahwa kondisinya memasuki semifinal wilayah Timur tidak sepenuhnya bugar. Memang Bosh seorang profesional, namun di sisi manusiawi, ia adalah seorang Bapak yang sangat merindukan selalu bersama bayi yang baru dimiliki.
Hadangan Indiana Pacers
Indiana Pacers, lawan Heat di semifinal adalah tim solid. Metodologi kepelatihan defense oriented Frank Vogel membuat Pacers bermain kolektif. Orlando Magic yang sempat mencuri satu kemenangan di kandang Pacers di gim pertama, langsung digebuk dalam empat pertandingan tanpa balas.
Menghadapi Miami, Pacers rasanya menembus batu karang, sebelum Bosh tumbang karena cedera otot perut (lower abdominal strain). Cedera Bosh itu mirip cedera pangkal paha, yang memerlukan waktu penyembuhan lama. Satu komponen trifecta pun tumbang yang membuat segitiga sama sisi yang selama ini menjadi jaminan soliditas Heat, mulai kehilangan bentuk asli.
Cedera Bosh membuat semua pandangan diarahkan ke Wade. Wade dianggap bisa menjadi penyelamat. Mereka tak memperhatikan bahwa Wade absen di 17 gim reguler karena variasi cedera engkel, kaki, lutut, dan jari tangan. Bahkan Wade kabarnya masih terus menjalani fisioterapi menjelang gim ketiga melawan Indiana.
Statistik ‘memalukan’ akhirnya ditorehkan Wade. Ia tak membuat poin dalam satu halftime. Bagi seorang shooting guard dengan rataan 21,8 poin per gim, tanpa poin di dua kuarter adalah sebuah keanehan.
Wade tak kuat menahan tekanan emosi saat pelatih Erik Spoelstra mengucapkan sesuatu. Bahasa tubuh dan raut muka Wade tampak berang. “Jauhkan mukamu dari saya” kata Wade kepada Spoestra, seperti kata seorang sumber seperti dikutip Miami Herald. Wajar semua mata ditujukan ke Wade sebab dialah yang diharapkan menjadi pendulang angka setelah Bosh absen permanen.
Usai kejadian itu, bench Heat kacau balau. Wade yang kehilangan kontrol emosi semakin tak terkontrol di lapangan. Ia tak bisa memaksakan diri karena memang lutut dan kakinya bermasalah. “Saya tidak dalam kondisi 100 persen,” kata Wade.
Namun Wade tak mau mengungkapkan apa yang ia ucapkan kepada Erik Spoelstra di time out. “Saya tidak mengerti pertanyaan Anda,” kata Wade menjawab pertanyaan seorang wartawan, usai pertandingan. Wade tampaknya sangat menjunjung kehormatan tim Miami Heat. Ia tampak tak ingin spekulasi negatif mendera Heat sebab peluang membalikkan keadaan masih ada. Sebagai unggulan kedua, Heat masih memiliki 2 gim di kandang sendiri.
Bukan Salah Wade
Patutkah Wade disalahkan atas kekalahan telak dan perilaku childish, seperti yang dikirimkan beberapa follower saya di twitter @ekowidodo9?
Kalau saya boleh menilai, kesalahan itu bukanlah milik Wade. Wade mengalami kecapekan, cedera, bahkan frustasi akibat system yang dibuat di awal musim. Pembuat system itu adalah coach Erik Spoelstra dan presiden klub Pat Riley.
Pat Riley yang diagung-agungkan karena sukses menggabungkan trifecta, kini harus siap-siap menerima ganjaran dari sebuah tim yang hanya mengandalkan tiga pemain hebat. Saya pernah menulis di tabloid BOLA ketika trifecta terbentuk. bahwa dengan hanya mengandalkan tiga pemain hebat, bencana itu tinggal menunggu waktu.
Heat tak bisa mendatangkan kaki-kaki muda yang segar sebab harus membayar Bosh US$16,022 juta, LeBron US$ 16,022 juta, dan Wade US$ 15,5 juta. Total gaji ketiganya US$ 47,5 juta. Bandingkanlah dengan Indiana yang menggaji Hibbert, Granger, West, George, Hill, Barbosa, dan Collison dengan total US$ 37,688 juta. Ketujuh pemain Pacers itu masih sangat segar dan kuat melakukan transisi defense – offense atau sebaliknya. Ditambah gaji untuk Danhtay Jones dan Tyler Hansbrough yang total US$ 4 juta, Pacers masih lebih hemat 6 juta.
Di babak play-off yang intensitasnya tinggi, memiliki kaki-kaki segar adalah keberuntungan besar. Itulah sebabnya mengapa seorang Larry Bird mendapatkan penghargaan sebagai Eksekutif of the Year karena ia mampu membelanjakan pemain dengan harga di bawah batas gaji (salary cap) dan memiliki prestasi yahud.
Sudah matikah cahaya the Flash, sebutan akrab untuk D-Wade? Sejujurnya belum.
The Flash masih punya waktu 2 hari untuk memulihkan diri. Media officer Heat mengatakan Wade akan mendapatkan treatment untuk memulihkan rongrongan di lutut, engkel, dan kaki, agar ia bisa menyelamatkan Heat di gim keempat nanti.
“Saya hanya memasukkan 2 dari 13 tembakan. Itu buruk sekali. Saya akan beristirahat dan menonton video mengapa itu terjadi. Miami akan regrouping dan mempersiapkan maksimal untuk gim keempat. Pertanda sinar terang itu sudah mencairkan kebekuan? Kita tunggu bersama.