Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kemelut di sepak bola Indonesia memang terus mendatangkan permasalahan baru. Berdasarkan pantauan Bolanews, permasalahan yang terjadi bahkan berimbas kepada para pemain sepak bola Indonesia. Bukan hanya karena tidak bisa memperkuat timnas Indonesia, pemain kini harus mendapat cibiran pedas dari masyarakat.
Hal ini sendiri sudah terbukti. Lihat saja bagaimana akun twitter Bambang Pamungkas, Syamsir Alam, Patrich Wanggai, Ferdinand Sinaga dan beberapa pemain lain. Berdasarkan pengamatan Bolanews selama ini, sebagian besar masyarakat mempertanyakan nasionalisme sebagian pemain terutama yang tidak memperkuat timnas Indonesia.
Bambang Pamungkas, ikon Persija Jakarta coba bijak menanggapi hal yang terjadi. Dalam situs resminya, Bambangpamungkas20.com, pemain yang sudah merasakan pahit-manisnya membela bangsa, menyampaikan komentarnya. Apa saja, berikut sebagian petikan komentar Bepe perihal nasionalisme dalam tulisannya yang berjudul "Perbedaan Pendapat Itu Bagai Sebuah Cermin".
Keengganan klub-klub Liga Super Indonesia melepas para pemainnya untuk bergabung ke tim nasional, menjadi pembahasan yang paling hangat di kalangan masyarakat sepakbola ketika ini. Segala cap nasionalis atau tak nasionalis, disematkan kepada pemain-pemain yang saat ini namanya berada dalam daftar pemain tim nasional Indonesia.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah semudah dan sesederhana itu menilai rasa nasionalisme seseorang? Setiap orang tentu memiliki pemikiran dan keyakinan masing-masing, dalam menanggapi serta menyikapi permasalahan ini, begitu juga para pemain tersebut. Masyarakat bisa saja memiliki pendapat yang beraneka ragam, karena mungkin tidak semua orang mengerti dan paham dengan pokok permasalah yang sebenarnya terjadi. Atau bisa jadi mereka juga akan melakukan hal yang sama, ketika mereka berada di posisi seperti pemain-pemain tersebut.
Menurut pandangan saya pribadi, silakan jika ada yang berpedapat lain. Nasionalisme itu ketika kita mempunyai kesempatan untuk melukai bangsa kita sendiri, tetapi kita memutuskan untuk tidak melakukannya, padahal tidak akan ada siapapun yang mengetahui tindakan kita. Atau ketika kita mampu melakukan sesuatu atas nama bangsa dan negara, tanpa harus menyebarluaskannya kepada khalayak ramai. Bagi saya itu adalah arti rasa nasionalisme, dan konteksnya bisa menjadi sangat luas. Sekali lagi itu menurut saya.
Orang-orang yang rajin serta selalu berdiri di baris paling depan saat mengikuti upacara bendera hari senin, belum tentu taat membayar pajak. Mereka-mereka yang dengan serta-merta berdiri tegak dengan sikap hormat, setiap mendengar lagu kebangsaan terdengar, belum tentu tidak korupsi. Kita-kita yang memiliki nada dering Indonesia Raya serta avatar ponsel lambang garuda, belum tentu tidak membeli CD atau DVD bajakan.
Artinya, kita semua bisa saja menjadi seseorang yang nasionalis dan tak nasionalis dalam waktu yang bersamaan. Nasionalisme itu seperti iman, seberapa besar iman seseorang, hanya orang tersebut yang tahu. Demikian juga nasionalisme seseorang, rasa cinta terhadap tanah air itu ada di dalam hati sanubari kita masing-masing. Dan seberapa besar itu? Hanya kita yang tahu.