Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Melepas Bulu Tangkis

By Senin, 7 Januari 2013 | 12:07 WIB
Simon McMenemy, ingin membentuk tim yang berkarakter. (Rizal Syahisa/BOLA)

Nama Simon McMenemy (35) meroket setelah sukses membawa timnas Filipina ke semifinal Piala AFF 2010. Pencapaian itu merupakan sejarah bagi The Azkals, yang sebelumnya tidak dilirik dalam percaturan sepak bola Asia Tenggara.

Namun, setelah membuat sejarah baru di sepak bola Filipina, Simon justru meninggalkan negara tersebut. Ia hijrah ke Vietnam untuk menangani klub Dong Tam Long An.

Hanya bertahan enam bulan di Vietnam, selanjutnya pada 2011 pelatih muda ini direkrut Mitra Kukar yang baru promosi ke Liga Super Indonesia.

“Ketika pertama kali merasakan atmosfer sepak bola Indonesia pada semifinal Piala AFF 2010 di Jakarta, saya kagum dengan pendukung sepak bola Indonesia yang luar biasa. Sejak saat itu saya bertekad ingin melatih di Indonesia,“ kata Simon.

Meski baru melejit tatkala menangani timnas Filipina, pengalaman melatih Simon sudah lumayan panjang. Ia mulai coba-coba menjadi pelatih sejak berusia 16 tahun di tanah kelahirannya.

“Waktu itu selain bermain, saya juga melatih, namun lebih banyak menangani pemain usia muda yang baru belajar sepak bola. Pada dasarnya, saya memang senang terjun dalam pengembangan pemain muda,“ ujarnya.

Karier Simon sebagai pemain sekaligus pelatih terus berlanjut ketika mendapat beasiswa di University of South Alabama, Amerika Serikat, pada 1996.

Siapa disangka, selain jago bermain sepak bola Simon ternyata juga seorang atlet bulu tangkis. Bahkan ia mengaku pernah masuk timnas junior Inggris. Selama beberapa tahun, sepak bola dan bulu tangkis ia jalani beriringan.

“Saya sangat menyukai sepak bola dan bulu tangkis. Tapi, saya harus memilih salah satu agar bisa fokus. Akhirnya pada usia 18 tahun menjelang berangkat ke Amerika, saya putuskan memilih  sepak bola,“ tutur Simon.

Suami Sarah Elizabeth ini serius menekuni sepak bola, khususnya dalam pengembangan pemain muda. Melalui sepak bola ia sudah berkeliling hingga 18 negara untuk membina pemain muda. Dari pengalamannya itu, ia melihat banyak negara di Asia, termasuk Indonesia, yang kurang serius membina pemain muda.