Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Keputusan kontroversial yang diambil wasit Aeng Suarlan dalam laga pembuka Liga Super Indonesia (LSI) antara Sriwijaya FC (SFC) vs Persiba Balikpapan di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, Sabtu (5/1), membuat Komite Wasit yang menaungi kompetisi LSI segera bertindak.
Anggota Komite Wasit yang juga wasit senior Purwanto menilai Aeng salah fatal karena tidak memberi kartu merah pada kiper SFC, Ferry Rotinsulu, yang menangkap bola di luar kotak penalti pada menit ke-78.
"Aeng akan kami parkir dahulu dalam waktu yang belum ditetapkan. Dalam waktu dekat ia akan kami panggil untuk dimintai keterangan, setelah itu baru kami putuskan hukuman administrasinya. Kami harus adil," kata Purwanto.
Turun kasta memimpin divisi yang berada di bawah LSI jadi sanksi bagi wasit yang terbukti melakukan kesalahan fatal.
PT Liga Indonesia (LI) mendukung langkah tegas yang diambil Komite Wasit. "PT LI tidak main-main dengan segala kecerobohan yang dilakukan wasit. PT LI menginginkan LSI berkualitas dan tidak dikotori dengan keputusan yang merugikan salah satu tim," ujar Syahril Taher, Presiden Direktur PT LI.
Pekerjaan rumah yang berat dari PT untuk sang pengadil. Pasalnya pada laga di Stadion Petrokimia Gresik, Selasa (8/1), antara Gresik United dan Persiram Raja Ampat, sorotan kepada wasit kembali dilontarkan oleh tim tamu.
Persiram menilai wasit Handri Kristanto terlalu ringan tangan dalam mengeluarkan empat kartu kuning bagi mereka berbanding satu untuk tuan rumah. Kiper Persiram, Jendry Pitoy, adalah salah satu pemain yang sulit menerima perlakuan wasit Handri Kristanto. Kiper senior ini langsung protes begitu laga usai.
"Ketika pemain Gresik melakukan pelanggaran keras, wasit hanya menegur dengan ucapan. Tapi, giliran kami yang melakukan pelanggaran, tanpa pikir panjang wasit langsung mengeluarkan kartu. Sungguh tidak adil," ucap mantan kiper Persipura itu. (rsa/yan/lul)