Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dalam dua partai Mitra Kukar di awal LSI 2013, Jajang Mulyana (24) sukses menjalankan tugasnya sebagai tukang gedor Tim Naga Mekes.
Dua gol, masing-masing satu gol ke gawang PSPS dan Persija, membuat tim asal Kutai Kartanegara, Kaltim itu mengemas nilai sempurna dari dua partai away.
Jajang digadang sebagai bomber utama musim ini. Apalagi, stok penyerang di tubuh Naga Mekes sangat terbatas. Selain Jajang, hanya ada Esteban Herrera yang menjalani debutnya di kompetisi LSI tahun ini. Jajang terlihat siap mengemban tanggung jawab tersebut.
"Saya justru senang senantiasa diberikan kepercayaan oleh pelatih. Saya pastikan tak akan membuang kesempatan tersebut dengan mencetak lebih banyak gol lagi. Saya haus gol," ujar pemain kelahiran Sumedang, 23 Oktober 1988 ini.
Musim lalu, Jajang terbilang sukses dalam merebut persaingan di lini depan. Meski manajemen Mitra Kukar mendatangkan striker asal Inggris, Marcus Bent, posisi Jajang tak tergoyahkan. Ia mencetak 13 gol, top scorer di Mitra Kukar, dan hanya absen sekali ketika menerima hukuman akumulasi kartu kuning.
Semua berkat bantuan rekan-rekan. Saya tak bermain sendiri. Yang jelas, saya merasa nyaman dan senang bisa bermain dengan teman-teman yang lebih senior, seperti dengan Arif Suyono, Ahmad Bustomi, Zulkifli Syukur, dan Hamka Hamzah," tuturnya.
Kebersamaan dalam tim disebut Jajang bakal menjadi salah satu faktor kunci Mitra mencapai target gelar juara musim ini, selain faktor teknis. "Kami sangat dekat satu sama lain. Begitu pula dengan coach Stefan Hansson. Dia dekat dengan pemain," ungkapnya.
Tak hanya mengincar predikat kampiun LSI, sebagai pemain Jajang ingin kembali mengenakan kostum Merah-Putih. Terakhir ia mengenakan seragam timnas pada SEA Games 2007 di Thailand. Pengidola Ronaldo ini sempat dipanggil Alfred Riedl dalam seleksi timnas U-23 kualifikasi Olimpiade 2012, namun gagal setelah tiga hari ikut seleksi.
"Siapa sih yang tak ingin bermain untuk timnas? Semua pemain pasti ingin, begitu pula saya. Namun, semuanya kembali pada kondisi sepak bola kita saat ini," ujarnya.
Dualisme federasi yang masih terjadi membuatnya tunduk pada aturan yang ditetapkan klub. Seperti pemain lain, Jajang hanya bisa berharap kekisruhan segera diakhiri dan tidak membuat pemain dalam posisi sulit.