Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kumaha Engke lah

By Dedi Rinaldi - Kamis, 7 Februari 2013 | 20:45 WIB

Kedatangan tim Milan Glorie ke Jakarta kali ini agaknya bisa dibilang sebagai penuntas dahaga. Pasalnya, dua legenda Milan yaitu Paolo Maldini dan Franco Baresi yang pada Juni 1994  tidak bisa merumput di Stadion Senayan, kini bisa hadir. Pada 19 tahun yang lalu, tepatnya 4 Juni 1994 Milan memang pernah menjajal Stadion Senayan.

Saat itu lawan yang dihadapkan pada Milan adalah Persib Bandung sang juara Perserikatan musim 1993/94. Kedatangan Milan tur Asia pada 1994 benar-benar menciptakan euforia sepak bola di Tanah Air. Milan yang pada masa itu diarsiteki Fabio Capello memang klub yang tengah melambung tinggi dan menguasai orbit dunia.

Milan datang ke Jakarta dengan predikat juara Serie A Italia musim 1993/94 serta pemilik trofi Piala Champion 1994. Jadi tidak heran sejak pasukan Rossoneri ini mendarat di bandara Cengkareng pada 31 Mei 1994, sambutan pecinta sepak bola di Tanah Air begitu riuh.

Namun, rombongan Milan mendarat tanpa Baresi, Maldini, Marco van Basten, Ruud Gullit, dan Jean-Pierre Papin. Baresi dan Maldini tengah berkonsentrasi ke Piala Dunia 1994, sedangkan van Basten cedera dan Papin baru saja resmi hengkang ke Bayern Muenchen.

Pemain inti yang datang ke Jakarta adalah Marcel Dessailly, Zvonimir Boban, Dejan Savicevic, Filippo Galli, Mauro Tassoti, Christian Panucci, Stefano Eranio, Fernando Di Napoli, Enzo Francescoli, Brian Laudrup, dan kiper Sebastiano Rossi.

Ada pula pemain yang baru dibeli Milan dengan harga mahal yaitu Gianluigi Lentini, serta pemain muda yang tengah dimatangkan oleh Capello yaitu Paolo Baldieri, Christian Antigori, dan Stefano Desideri.

Satu hal yang menarik, para pemain Milan saat itu nyaris tak mengenal Indonesia tapi kemudian berbalik menjadi terkejut dan terkagum-kagum. Kontributor Bola di Italia, Rayana Djakasuria, mengatakan hal yang membuat pemain Milan terkesima adalah mereka datang ke negeri yang jauh tapi ternyata pecinta sepak bolanya mengenal mereka luar-dalam.

Kiper Rossi bahkan lebih terkejut lagi ketika tahu ada stadion sebesar Senayan. “Sejak melihat Senayan saya yakin Indonesia merupakan negeri sepak bola. Karena itu, saya tidak ingin main-main bila nanti dipasang,” katanya.

Bangga dan Bingung

Persib Bandung menjadi lawan untuk Milan di Stadion Senayan. Kabarnya, laga ini merupakan “kadedeuh” alias bonus tambahan dari PSSI kepada Persib setelah memenangkan kompetisi Perserikatan musim 1993/94.

Bagi Persib sendiri semua perasaan menjadi campur aduk begitu ditetapkan sebagai lawan Milan. Senang, bangga, dan sekaligus pula bingung. Tak heran bek Persib Yadi Mulyadi saat ditanya menjelang pertandingan hanya bisa berkata pendek dalam bahasa Sunda: “Kumaha engke lah” (bagaimana nanti sajalah).

Begitu pula gelandang Persib Yudi Guntara saat disodorkan pertanyaan yang sama. “Hahaha...gimana ya?. Kita kan tahu siapa itu Milan. Pokoknya main dulu yang baik lah,” katanya.

Sementara itu kiper Persib Aris Rinaldi lumayan percaya diri. “Saya ingin merasakan tembakan-tembakan kelas dunia,” kata Aris.
Aris akhirnya merasakan apa yang diinginkannya. Di depan mata puluhan ribu penonton, Persib ditembus delapan gol tanpa balas. “Bola Milan datang seperti angin,” kata Aris.

Pada saat pertandingan ini Milan menurunkan semua pemainnya, sedangkan pelatih Persib Indra Thohir menurunkan Aries Rinaldi, Robby Darwis, Roy Darwis, Yadi Mulyadi, Dede Iskandar, Nandang Kurnaedi, Mulyana, Yusuf Bachtiar, Yudi Guntara, Kekey Zakaria, dan Sutiono Lamso.

Hanya 15 menit pertama Milan seolah memberi angin pada Persib. Setelah itu Savicevic unjuk gigi mencetak dua gol cepat pada menit ke-17 dan ke-18. Berselang delapan menit giliran Lentini mencetak gol dan pada babak pertama Baldieri melengkapi keunggulan 4-0.

Pada babak kedua Milan tetap serius meski mulai menurunkan pemain-pemain muda. Baldieri menambah dua gol pada menit ke-48 dan 58 untuk melengkapi hattrick. Lalu gol Antigori pada menit ke-68 dan Desideri menit ke-78 mengakhir pertandingan untuk kemenangan Milan 8-0 atas Persib.

Selama di Jakarta para pemain dan ofisial Milan menginap di Hotel Horison Ancol. Seusai pertandingan di Jakarta, Milan berlibur ke Bali serta melakukan pertandingan di Surabaya melawan Surabaya Selection.

Di Surabaya, Milan kembali menang dengan skor 4-1. Namun, satu hal yang masih selalu diingat oleh pemain Surabaya Selection Ibnu Grahan bahwa dirinya bisa merasakan mencetak gol kendati lewat titik penalti.

Pemain Persib dan Surabaya memang boleh merasa bangga dengan apa yang telah mereka alami. Tidak semua pemain bisa merasakannya. Sebuah kenangan yang akan diingat sepanjang hidup.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P