Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Gagana Yogya Mencari Uluran Tangan

By Caesar Sardi - Jumat, 8 Februari 2013 | 14:00 WIB
Berayun-ayun di Piyungan. (Unur Kartono)

tanggung: merebut juara umum.

Enam belas Desember tahun lalu, klub ini genap berusia tiga tahun. Tetapi dalam usia semuda itu ternyata Gagana mampu melahirkan 27 atlet layang gantung yang tangguh. Malah sempat melebarkan sayapnya sampai ke Solo dan NTB. Hasilnya tak mengecewakan kalau tak boleh disebut menggembirakan.

Dalam Kejurnas dan Kejuaraan Terbuka tahun lalu di Wonogiri, misalnya, cabang klub ini di NTB mampu menampilkan Aditomo sebagai juara. Sedangkan Gagana Yogya dalam kelas yang sama meraih perunggu atas nama M. Arief. Atlet ini setahun sebelumnya pernah meraih emas untuk nomor sama.

Juga secara beregu, Gagana Yogya berhasil meraih gelar runner up umum selama dua tahun (1982-1983) di bawah klub dari kota kembang, Gantolle Bandung. Selisih angkanya pun sangat tipis.

Kini harapan mereka tertumpu pada dua atlet barunya, Toni dan Goang. Kedua-duanya pernah meraih perak dan perunggu untuk nomor intermediate dalam kejurnas terakhir. Mereka kini sedang digembleng untuk mengangkat pamor klub maupun daerahnya.

Dana

Medan latihan yang ada di DI Yogyakarta dan sekitarnya memang dapat dikatakan paling baik dibanding propinsi lainnya. Apalagi dengan ditemukannya medan baru di Parang Tritis yang sangat sesuai untuk latihan dasar.

Bahkan, salah sebuah bukit di sana mempunyai ketinggian 250 meter, sangat ideal untuk latihan soaring (istilah untuk terbang lama). Sementara bukit Piyungan, dengan ketinggian 300 meter merupakan medan latihan strategis untuk para atlet layang gantung. Jaraknya pun hanya 15 kilometer dari Yogyakarta.

Wonogiri pun, saat ini merupakan medan terbaik di Indonesia untuk olahraga udara ini. Di samping memiliki fasilitas tempat start dan mendarat, di sana juga tersedia penginapan atlet yang cukup memenuhi syarat. Tempat ini tentu saja merupakan objek wisata yang menarik, dengan jarak tiga jam perjalanan dengan kendaraan dari Yogya.

Meskipun demikian, Ketua Gagana, Ir. Sroewono mengakui bahwa fasilitas klub masih memprihatinkan. Kondisi layangan yang ada, katanya, sudah tak memadai. Klub pun sama sekali belum memiliki layangan jenis high performance (HP).

"Jenis tertinggi yang kami miliki adalah untuk intermediate, jenis sedang. Itu pun hanya dua buah," kata Sroewono.

Kesulitannya tentu saja kembali pada soal dana. Harga sebuah layangan jenis intermediate dan HP, katanya, bisa mencapai antara Rp 1 - Rp 1,5 juta. "Padahal anggota kami hampir semuanya terdiri dari pelajar dan mahasiswa. Berat untuk kantong mereka," tambah Sroewono.

Atlet

Berdasarkan kenyataan demikian, bagaimana target hendak dicapai?

"Andalan kami hanya pada atlet!" kilah Sroewono menunjuk beberapa atletnya yang handal. Misalnya Yan Budi Santoso yang saat ini merupakan satu dari tiga atlet penyandang predikat Hang IV dalam Training Instructor Programme, diselenggarakan PASI Pusat tahun lalu di Jawa Barat.

Selain Budi Santoso, masih ada lagi atlet-atlet lainnya yang bisa dibanggakan Gagana. Mereka adalah M. Arief Effendi, Eris B. Utomo, Taufik Fatoni, Goang Widianto, dan beberapa lagi.

Karenanya, tak mengherankan jika Sroewono merasa prihatin atas cekaknya fasilitas latihan yang dimiliki klubnya. "Tak usahlah klub memiliki itu semua. Cukup seandainya jika kami bisa menyewa dengan biaya yang terjangkau," ujarnya. Tetapi siapa mau mengulurkan tangan untuk olahraga yang belum populer ini?

"Mungkin pemerintah daerah setempat," sela seorang anggota klub ini. Alasannya: mereka adalah para warga yang siap mendatangkan nama harum daerah maupun bangsanya. Apalagi dalam PON XI 1985 nanti, masing-masing daerah ingin meraih emas sebanyak mungkin.

"Sayang kalau kesempatan empat tahun sekali ini kita sia-siakan. Padahal daerah-daerah lain mulai memasang batu sandungan dalam olahraga ini," tambah anggota tadi.

Mungkinkah target mereka dalam Kejurnas mendatang ini masih bisa dicapai? Hanya mengandalkan semangat saja barangkali terbatas prestasi tertinggi yang bisa diraih. Tetapi itulah yang dimiliki klub layang gantung Gagana Sarang Burung Remaja Yogya.

(Penulis: Unur Kartono, Tabloid BOLA edisi no. 6, Jumat 6 April 1984)