Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dua gol yang disarangkan dari sudut kanan pertahanan Caprina Sabtu sore lalu, membuat lompatan tinggi bagi Bambang Nurdianayah. Ujung tombak Yanita Utama ini memastikan diri sebagai pembongkar gawang paling produktif dalam kompetisi Galatama tahun ini dengan 16 gol.
Ia semakin jauh meninggalkan saingannya, Hartono dari UMS 80 yang baru mencetak 13 gol, dan nampaknya tak akan terkejar. Satu hal yang tidak terpikir sedikit pun oleh Bambang sebelum kompetisi dimulai.
Sejak bergabung dengan klub Arseto dalam kompetisi 1973-80, prestasi memang tidak mengesankan kalau ia pernah berguru di Brasil. Bahkan ketika ia hijrah ke Tunas Inti tahun 1982, kebolehannya belum juga tampak. Sampai akhirnya pelatih Tunas waktu itu Sinyo Aliandu mengistirahatkannya di bangku cadangan.
Ketika kesempatannya bermain kembali terbuka di Tempo Utama, kesebelasan adik kandung Tunas Inti, pelatih Sutan Harhara belum juga melihat kehebatan Bambang. Bahkan ia lebih sering berada di pinggir lapangan.
Tetapi ketika anak muda yang gila bola, Pitoyo Haryanto menariknya kebarisan Yanita Utama, Bambang jadi seperti burung Kondor di padang pasir. Debu-debu berterbangan disapu sayapnya. Gol demi gol dicetaknya. Apalagi setelah Joko Malis, gelandang nasional dari Niac Mitra, ikut bergabung di klub itu.
Bambang jadi seperti petani anggur yang sedang panen, mencetak gol hampir di setiap pertandingan. Tempo Utama, bekas klubnya, bahkan dihajarnya dengan empat gol.
Keuntungan yang dimiliki pemuda kelahiran Banjarmasin ini adalah justru rasa tidak percaya banyak orang dengan prestasi dan keperkasaannya sekarang. Hingga pertandingan Sabtu lalu di Bogor, Bambang masih tetap bebas bergerak. Ia masih tidak dianggap berbahaya oleh lawan-lawannya. Masa suram masa lalu ternyata malah menguntungkannya.
"Bambang itu pemain alam yang sulit ditangani pelatih. Ia justru bisa muncul jika diberi kebebasan," ujar bekas pemain nasional Sutjipto Suntoro yang juga menangani Bambang waktu berlatih di Brasil.
Menurut Bambang sendiri, gol-gol yang dicetaknya lahir karena perasaan senang. "Saya benar-benar senang dan sangat kerasan di klub ini. Jadi hampir setiap main tanpa ada ganjalan apa-apa. Dengan perasaan seperti begitu, saya bisa main bebas," katanya.
Namun Bambang tidak memberi komentar ketika ditanya apakah di klub-klub sebelumnya tidak ada perasaan senang. Ia hanya menukas. "Sudahlah, klub yang lalu juga baik. Punya andil mematangkan saya. Tetapi di sini saya benar-benar enjoy," tuturnya.
Barangkali bekas pelatihnya, Sinyo Aliandu yang saat ini dipercayakan menangani tim Pra Piala Dunia, kembali harus berpikir untuk memanggilnya. Memang tergantung selera pelatih untuk memilih pemain, tetapi prestasi dan kemampuan yang dipertontonkan Bambang akhir-akhir ini rasanya patut jadi pertimbangan.
(Penulis: Mahfudin Nigara, Tabloid BOLA edisi no. 9, Jumat 27 April 1984)