Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
anak PSSI Garuda menjalani gojlokan secara spartan di Pusat Pendidikan Polisi Militer ABRI (Pusdik POM ABRI) di Cimahi. Jumat kemarin mereka mengakhiri "tapabrata"-nya dan rencananya Sabtu pagi ini berdefile untuk terakhir kalinya di Lapangan Hitam Pusdik itu.
Dengan rambut mulai tumbuh lagi di kepalanya, hari Minggu lalu untuk pertama kalinya anak-anak PSSI Garuda dilepas bebas dari kurungannya. Sore hari itu mereka diberi hiburan dengan melakukan tiga pertandingan ramah-tamah melawan regu perwira, bintara dan tamtama Pusdik POM. Kemudian diteruskan dengan pertandingan campuran bersama "Kowad"-nya POM ABRI Cimahi.
Tentu saja, pertandingan terakhir itulah yang betul-betul jadi hiburan bagi anak-anak PSSI Garuda. Kapten tim Aji Ridwan Mas yang setelah berada di Cimahi bertampang keras, petang itu mendadak cerah. Secerah awan sore di atas Cimahi.
"Soalnya ini kan pertandingan lain dari yang lain, Mas. Coba tuh lihat body-nya, Mas," ujar Dino Qardinal, pemain terbaik Invitasi Sepakbola Yunior Nasional dua tahun lalu, sambil menunjuk seorang pemain dari regu "Kowad" yang berebut bola dengan Dan Pusdik POM ABRI, Letkol I.G.K. Manila. Dan Pusdik POM itu memang juga ikut meramaikan pertandingan.
"Ayo, Kowad body-nya dong, body-nya," teriak Agus Waluyo, kiper PSSI Garuda, yang meminta para "Kowad" itu melakukan body contact. Ini disambut juga dengan teriakan Hermansyah, kiper utama, yang tak kalah nyaringnya. Pendeknya petang itu semua anak Garuda menemukan kegembiraan yang mungkin paling puncak.
Disiplin
Meski pertandingan ramah-tamah petang itu merupakan rekreasi, seperti juga diungkapkan Letkol Manila, namun bagi asisten pelatih PSSI Garuda Eddy Sofyan tetap dianggap termasuk acara tempaan.
"Saya tetap melakukan evaluasi, meski dalam acara rekreasi semacam ini. Bukan itu saja, di sini pun saya ingin coba menerapkan pola disiplin lapangan kepada mereka. Mereka tak boleh membawa bola sampai dua kali sentuhan. Ini sudah saya perintahkan." ujarnya dengan gaya militer.
Disiplin militer nampaknya memang sudah terpatri di dada Aji Ridwan Mas dan kawan-kawan, meski belum sebulan menjalani gojlokan. Dan itulah memang target yang hendak dicapai PSSI, seperti dicanangkan ketua umumnya, Kardono, awal Mei lalu (BOLA, 4 Mei).
"Dan ini juga yang harus kami capai dalam satu bulan, meskipun dalam waktu sependek itu segalanya memerlukan penanganan khusus," ujar Letkol Manila. Ia yakin latihan militer yang diberikannya akan membuahkan tiga hal: ketaatan menerima perintah, kekompakan, dan kesadaran mendahulukan kepentingan kelompok.
"Hasilnya memang sudah dapat dirasakan. Soal disiplin rasanya tak jadi masalah lagi bagi anak-anak," tambah Drs. Endang Irawan, asisten pelatih fisik PSSI Garuda. Ia pun menuturkan rentetan jadwal rutin sejak dini hari yang harus dijalani anak-anak asuhannya.
Berlangsung menurut rencana yang ditetapkan, setiap hari sejak pukul 03.30 hingga pukul 22.00 anak-anak PSSI nyaris tak diberi kesempatan beristirahat. Pukul 03.30 bangun dan membereskan tempat tidur. Pukul 04.00 apel pagi dan lari 3 kali 500 meter, disusul senam.
Pukul 05.00 sembahyang Subuh, mandi, membersihkan peralatan, makan pagi, kemudian pukul 08.00 latihan baris-berbaris, masuk kelas, belajar. Pukul 13.00 bubar kelas, makan, apel lagi sejam kemudian, latihan fisik, sembahyang Ashar, latihan fisik, sembahyang Magrib, Isya, dan pukul 17.30 belajar lagi sampai 22.00.
Berkat Kowad
"Semula kami merasa sebel juga dengan gojlokan begini. Begitu juga kawan-kawan lain. Tapi lama-kelamaan kami jadi senang. Terutama karena komandan sangat baik," komentar Dino Qardinal. Yang dimaksud komandan adalah Letkol Manila.
Menurut Hermansyah, baik Manila maupun isterinya, sangat memperhatikan keadaan pribadi mereka. Pernah, katanya, Isman Yasulme, Muntalib, dan Abdul Khamid berulang tahun dan dirayakan oleh Manila bersama isterinya. Ketiga pemain itu ramai-ramai diceburkan ke sawah, tetapi setelah itu Ny. Manila memberikan hadiah kue.
Pendekatan khas Manila juga nampak dalam menggojlok mereka dengan lari jarak jauh setiap hari Minggu. "Ini yang paling tidak kami senangi sebenarnya," ujar Dino. Tetapi, katanya, karena setiap berlari selalu disertai regu Kowad, mereka akhirnya senang, meski harus menempuh jarak sampai 40 km.
"Tapi, memang kami di sini diperas segala-galanya. Otak diperas, tenaga pun dikuras. Bahkan kalau menerima surat dari luar harus push up dulu 25 kali. Tapi kami senang," ujar Moh. Sofi, penyerang yang cedera di Bangkok ketika melawan Korea Selatan dalam turnamen Piala Raja akhir tahun lalu.
Itu mungkin sebabnya, Sofi yang kesenangan itu lupa untuk menjaga lututnya yang belum pulih betul selama di Cimahi. Akibatnya, ketika turun melawan regu perwira Pusdik POM hari Minggu itu, ia ambruk lagi hingga harus digotong ke luar lapangan.
Menurut Endang Irawan, jumlah pemain Garuda di Cimahi seharusnya berjumlah 27 orang. Tetapi Joao Paulo dari Timtim terlambat datang dan ditolak. Kini katanya ia ada di mess PTIK Jakarta. Sedangkan Patar Tambunan dikembalikan ke Medan, sementara Noah Meriem tak dapat ikut serta karena lebih dibutuhkan oleh PSSI Yunior.
Tanggal 2 Juli ini rencananya mereka kembali ke Jakarta. Kemudian 14 Juni berangkat ke Brasil untuk berguru di negerinya pelatih Barbatana sampai akhir Juli. Tak ada istirahat sama sekali, mereka selanjutnya akan menghadapi Kejuaraan Piala Asia 7-18 Agustus di Senayan.
(Penulis: Hikmat Kusumaningrat, Tabloid BOLA edisi no. 14, Sabtu 2 Juni 1984)