Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tak ada target yang diberikan kepada PSSI Perserikatan untuk terjun ke turnamen Merdeka Games, Agustus mendatang di Kuala Lumpur. Hal ini ditegaskan baik oleh pimpinan proyek Wahab Abdi maupun dua pelatihnya, Yuswardi dan Henky Heipon. Ketiganya secara terpisah mengatakan, partisipasi PSSI Perserikatan ke Merdeka Games hanya untuk memetik pengalaman saja.
Pernyataan ini memang sesuai dengan keadaan. Baik Wahab, Yuswardi maupun Henky merasakan begitu banyak kekurangan timnya untuk terjun ke turnamen tersebut. Untuk itu, memetik pengalaman adalah manfaat terbesar bagi tim ini maupun para pemain.
"Kita perlu memetik banyak pengalaman. Lewat turnamen di Kuala Lumpur itu, kita bisa menguji kemampuan pemain. Ini ada kaitannya dengan usaha pembentukan tim nasional yang tangguh," kata Wahab Abdi, Sabtu sore di Stadion Utama Senayan.
Kabarnya PSSI memang akan membentuk cukup banyak tim untuk kelak disaring dan diaduk lagi menjadi tim nasional sungguh-sungguh. Seperti yang dikatakan Acub Zainal, ketua proyek PSSI Galatama yang direncanakan untuk babak Pra Piala Dunia. "PSSI akan membentuk PSSI Perserikatan, Galatama, Garuda, dan ABRI. Dari keempat unsur ini, kelak kita peroleh pemain-pemain terbaik yang bisa membela negara dengan lebih mantap. Saat ini sudah ada tiga bentuk yakni Garuda, Galatama, dan Perserikatan. Tinggal lagi ABRI," kata Acub.
Adapun PSSI Perserikatan dengan 25 pemainnya sudah menjalani pelatnas sejak 5 Mei lalu. Para pemain akan dipulangkan 25 Juni ini untuk berlebaran. Kemudian kembali memasuki pelatnas 5 Juli mendatang.
Dalam Juli itu, jumlah pemain akan disusutkan menjadi hanya 18 saja. Tetapi kapan tanggal tepatnya penyusutan itu, baik Wahab, Yuswardi maupun Henky tidak bersedia menyebutkannya. "Kami masih akan rapat," ujar ketiganya.
Menurut dua pelatih tersebut, tim yang ada saat ini masih banyak sekali terdapat lubang-lubang. Kemampuan teknik maupun semangat para pemain masih di batas 40 persen. "Ini yang akan kami coba tingkatkan terus dalam sisa pelatnas nanti," ucap Yuswardi, bekas pemain nasional tahun 60-70-an.
Kelemahan terasa terutama pada delapan pemain bawahnya. "Dasar mereka masih benar-benar kurang," sambung Henky Heipon, pelatih asal Irian yang memegang sertifikat kursus pelatih di Jerman Barat.
Lapangan tengah, cukup lumayan. Kedua pelatih mengandalkan kemampuan individu dan pengalaman internasional empat dari tujuh pemain di posisi tersebut. Budi Tanoto, Ajat Sudrajat, Sakum Nugroho, dan Martin Kaiba. "Tetapi bukan berarti sudah safe benar," kata Yuswardi mengingatkan.
Di lini depan problem seperti pemain belakang kembali mencolot keluar. "Inilah sulitnya jika kami tak bisa lagi menambah jumlah pemain," keluh keduanya.
Pesoalannya, baik Yuswardi maupun Henky tidak diberi kekuasaan untuk mencari pemain sendiri. "Saya diberitahu untuk melatih hanya beberapa hari sebelum tim ini menjalani pelatnas. Sebelumnya kepala pelatih adalah Suwardi Arland. Jadi pemain yang ada saat ini adalah hasil penyeleksian tim pemandu bakat PSSI," katanya lagi.
Henky menambahkan dengan materi yang sudah disediakan seperti ini, berarti keduanya hanya menggoreng bahan baku saja. "Sulit, tapi kita akan berusaha mencobanya sekuat tenaga," tukas pembawa kemajuan sepakbola Irian Jaya itu.
Selain itu, hambatan yang sedang dicarikan jalan keluarnya oleh kedua pelatih tersebut adalah menciptakan kerjasama dan kekompakan tim. Hal ini juga diakui oleh Wahab Abdi sebagai tantangan besar yang harus segera ditemukan jalan pintasnya sebelum berjuang.
Menurut Yuswardi, di dalam timnya saat ini banyak terdapat pemain potensial. Tetapi mereka tidak bisa kerjasama dalam tim. "Ada yang hobinya hanya menerima bola bersih saja, ada yang hanya senang mengumpan. Padahal kalau ini dipadukan, saya tak perlu khawatir meski tetap sulit menjadi juara!" Yuswardi menegaskan.
Henky juga menyebutkan beberapa nama yang minta tidak ditulis sebagai pemain berpotensi tinggi. "Tetapi sayang hanya bagus untuk dirinya sendiri," tutur Henky.
Wahab juga sependapat dengan hal ini. "Yah, justru inilah yang harus kita hadapi. Dalam sisa pelatnas nanti, segi ini yang terus akan kita genjot," tukas Wahab.
Meski tetap bernada kurang optimis, ketiganya mengakui perbaikan secara keseluruhan sudah ada. Ketika mereka tiba di Jl. Panahan, markas besarnya di kompleks Senayan, kemampuan rata-rata pemain di bawah stadium 50. "Sekarang sudah lumayan menjadi di atas 60. Malah ada yang sudah mencapai 70-75," tutur mereka.
Ke 25 pemain: kiper - Suparman (Surabaya), Ponirin (Medan), Suratman (Sukoharjo); belakang - Muharam (Surabaya), Dede Iskandar (Bandung), Reno Lattuperissa (Gresik), Sutrisno (Malang), Yoseph Wijaya (Ujungpandang), Rusmanto (Semarang), Sarwani (Sukoharjo), Stefen Pribadi (DKI), tengah - Sakum Nugroho (Medan), Martin Kaiba (Irja), Budi Tanoto (DKI), Ajat Sudrajat (Bandung), Fransisco Gama (Timtim), Evi Sardinal (Padang), Eddy Mulyono (Kudus), depan - Maryanto (Malang), Yusnik Adhiputra (Medan), Budi Wahyono (Semarang), Elly Rumaropen (Irja), Anderson (DKI), Surul (Ujungpandang), dan Ali Nurdi (Cilacap).
(Penulis: Mahfudin Nigara, Tabloid BOLA edisi no. 17, Jumat 22 Juni 1984)