Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Liem Swie King Dkk Menghangatkan Bandung

By Caesar Sardi - Rabu, 6 Maret 2013 | 17:00 WIB
Liem Swie King dan kawan-kawan bergambar bersama Gubernur Jabar H. Aang Kunaefi di Gedung Sate, Bandung. (Dok. Tabloid BOLA)

kawan. Sabtu malam lalu, GOR Bandung di Jalan Jakarta itu ternyata dijejali penonton walau karcis masuk cukup tinggi Rp 5.000-Rp 10.000.

Memang, pagi hari sebelum eksibisi itu berlangsung, Ketua Pengda PBSI Jabar, Toto Hanafiah, sudah memperkirakannya. "Karenanya, saya terima saja tawaran Rudy ketika sepuluh hari lalu ia meminta agar eksibisi diadakan di Bandung," tutur Toto.

Tentunya bukan hanya perwakilan PT Djarum Kudus Bandung, penyelenggara, yang memetik manfaat dari luapan penonton, tetapi warga penggemar bulutangkis di Bandung pun ikut menikmati permainan tingkat tinggi para pebulutangkis kelas dunia itu.

Yang membesarkan hati masyarakat kota kembang adalah juga selain King, Hastomo Arbi, dan Icuk Sugiarto, para pemain putra Piala Thomas lainnya dapat pula mereka saksikan dari dekat.

Seluruhnya ada lima partai yang dipertandingkan Sabtu malam itu: Liem Swie King vs Hastomo Arbi, Icuk Sugiarto vs Hadiyanto, Christian/Hadibowo vs Kartono/Heryanto, ditambah partai Sigit Pamungkas vs Eddy Kurniawan dan Eddy Ismanto vs Pekling Wuryanto.

Kegembiraan masyarakat Bandung menyambut eksibisi itu barangkali cukup terlukiskan dengan sambutan mereka terhadap King dan kawan-kawan. Tak kurang Wagub Jabar, Ir.Soehoed Warnaen, datang menjemput di lapangan udara Husen Sastranegara. Dari sana mereka dipawaikan di atas kendaraan terbuka keliling kota Bandung, untuk kemudian diterima Gubernur Jabar H.A. Kunaefi di kantornya, Gedung Sate.

"Hitung-hitung sebagai penghormatan terhadap para pahlawan Piala Thomas kita yang meraih sukses di Kuala Lumpur," ujar Toto Hanafiah. Dan memang, Jabar, katanya, merupakan dearah paling belakangan memberikan sambutannya kepada para pahlawan bulutangkis itu.

Nyata Benar Bedanya

Pertandingannya sendiri cukup memikat, meski hanya eksibisi. Hastomo nampak berusaha menyuguhkan permainan atraktif dengan pukulan-pukulan yang kadang-kadang dilakukan melingkar lewat punggung atau selangkangan, meski akhirnya ditundukkan King 12-15, 9-15.

Icuk, dalam pertandingannya di partai ketiga melawan Hadiyanto, masih mampu memperlihatkan kecepatan dan kekuatan pukulan-pukulannya walaupun bermain agak santai. Pertandingan ini berakhir seri 18-15, 5-15 setelah Hadiyanto melakukan perlawanan gigih.

Partai kedua Sigit Pamungkas versus Eddy Kurniawan juga berkesudahan one-set-all 15-10, 13-15. Demikian pula partai keempat antara pasangan Christian/Hadibowo berhadapan dengan pasangan Kartono/Heryanto juga berakhir 16-17, 15-6.

Yang menarik juga adalah ditampilkannya partai antara pemain asal Jabar Eddy Ismanto versus Pekling Wuryanto dari PB Djarum Kudus. Tak didapat keterangan apa alasan penyelenggara menampilkan partai ini dalam acara. Namun yang jelas, penampilan mereka menyatakan benar betapa perbedaan tingkat antara pemain daerah dan pemain hasil tempaan Pelatnas.

Tentu bukan hendak membandingnya dengan King cs yang kalibernya memang sudah kelas dunia. Tetapi dengan Sigit Pamungkas saja, misalnya, speed dan power yang dimiliki Eddy Ismanto terasa masih jauh di bawah, meski Eddy sendiri adalah juara yunior Asia 1982 dan bertekad jadi juara dunia 1987.

Sebab itu, tak salah barangkali komentar yang dilontarkan Tahir Djide seusai eksibisi tersebut. "Saya kira memang ada perlunya, eksibisi-eksibisi maupun pertandingan yang tingkatnya nasional diadakan lebih sering di daerah. Dengan begitu, baik pelatih maupun pemain daerah akan tahu, target apa yang harus mereka capai," ujarnya.

Tetapi, tentu saja, eksibisi yang diselenggarakan perwakilan Djarum Kudus untuk mencari dana bagi sebuah yayasannya itu tak dipikirkan sampai sejauh itu. Seperti dikatakan sendiri oleh E. Agustia, manajer pemasaran Djarum di Bandung, eksibisi itu semata-mata memang untuk mencari dana.

(Penulis: Hikmat Kusumaningrat, Tabloid BOLA edisi no. 18, Jumat 29 Juni 1984)