Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tak ada yang tahu kapan musibah bakal datang. Buat Internazionale, bencana itu hadir tak lama setelah bursa transfer musim dingin ditutup.
Diego Milito mengalami cedera lutut parah pada 14 Februari kala tampil melawan CFR Cluj di Liga Europa dan dipastikan absen hingga akhir musim. Yang menjadi masalah adalah Inter tak punya striker lain dengan tipe target-man seperti Il Principe.
Sejak awal musim gejala ketergantungan I Nerazzurri pada Milito sudah tercium. Bukan hanya dari segi kualitas, tapi juga kuantitas. Kebijakan transfer klub menjadi penyebabnya.
Pada bursa musim panas, Sang Biru-Hitam melepas enam penyerang. Samuele Longo, Giampaolo Pazzini, dan Diego Forlan adalah mereka yang digusur lantaran memiliki karakteristik serupa Il Principe.
Sebagai pengganti, yang didatangkan hanya Rodrigo Palacio dan Antonio Cassano plus mempromosikan Marko Livaja dari akademi. Dari tiga orang itu, cuma nama terakhir yang merupakan bomber prima punta alias ujung tombak.
Karena Livaja masih terlalu muda, Milito pun tak mempunyai pelapis ideal. Keadaan itu membuat I Nerazzurri akhirnya mendatangkan Tommaso Rocchi pada bursa transfer musim dingin. Bila aksi mercato penyerang klub Milano itu terhenti di sini, Inter bisa dibilang sudah melakukan keputusan bagus.
Akan tetapi, klub milik Massimo Moratti itu kemudian meminjamkan Livaja ke Atalanta. Hal itu berarti pelapis Milito hanya Rocchi. Padahal, nama terakhir sudah jarang diturunkan Lazio. Saat Milito mengalami cedera parah, penyerang fit yang dimiliki Andrea Stramaccioni hanya Cassano dan Palacio.
Akhir pekan kemarin, Strama malah hanya punya Palacio dan "separuh" Rocchi, karena Cassano sedang mendapatkan hukuman dari klub.
Kesalahan Branca?
Il Biscione sampai pontang-panting mencari pemain free agent demi menambal kebutuhan striker. Ruud van Nistelrooy, yang sudah gantung sepatu, masuk sebagai target, sementara John Carew sempat menjalani tes medis, tapi gagal.