Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Inter Krisis Striker Akibat Salah Urus Mercato

By Okie Prabhowo - Kamis, 7 Maret 2013 | 12:45 WIB
Marco Branca, posisinya sebagai Direktur Olah Raga Inter berada dalam tekanan. (Claudio Villa/Getty Images)

Tak ada yang tahu kapan musibah bakal datang. Buat Internazionale, bencana itu hadir tak lama setelah bursa transfer musim dingin ditutup.

Diego Milito mengalami cedera lutut parah pada 14 Februari kala tampil melawan CFR Cluj di Liga Europa dan dipastikan absen hingga akhir musim. Yang menjadi masalah adalah Inter tak punya striker lain dengan tipe target-man seperti Il Principe.

Sejak awal musim gejala ketergantungan I Nerazzurri pada Milito sudah tercium. Bukan hanya dari segi kualitas, tapi juga kuantitas. Kebijakan transfer klub menjadi penyebabnya.

Pada bursa musim panas, Sang Biru-Hitam melepas enam penyerang. Samuele Longo, Giampaolo Pazzini, dan Diego Forlan adalah mereka yang digusur lantaran memiliki karakteristik serupa Il Principe.

Sebagai pengganti, yang didatangkan hanya Rodrigo Palacio dan Antonio Cassano plus mempromosikan Marko Livaja dari akademi. Dari tiga orang itu, cuma nama terakhir yang merupakan bomber prima punta alias ujung tombak.

Karena Livaja masih terlalu muda, Milito pun tak mempunyai pelapis ideal. Keadaan itu membuat I Nerazzurri akhirnya mendatangkan Tommaso Rocchi pada bursa transfer musim dingin. Bila aksi mercato penyerang klub Milano itu terhenti di sini, Inter bisa dibilang sudah melakukan keputusan bagus.

Akan tetapi, klub milik Massimo Moratti itu kemudian meminjamkan Livaja ke Atalanta. Hal itu berarti pelapis Milito hanya Rocchi. Padahal, nama terakhir sudah jarang diturunkan Lazio. Saat Milito mengalami cedera parah, penyerang fit yang dimiliki Andrea Stramaccioni hanya Cassano dan Palacio.

Akhir pekan kemarin, Strama malah hanya punya Palacio dan "separuh" Rocchi, karena Cassano sedang mendapatkan hukuman dari klub.

Kesalahan Branca?

Il Biscione sampai pontang-panting mencari pemain free agent demi menambal kebutuhan striker. Ruud van Nistelrooy, yang sudah gantung sepatu, masuk sebagai target, sementara John Carew sempat menjalani tes medis, tapi gagal.

Krisis itu sebenarnya tak perlu terjadi mengingat Inter sejak awal musim sudah membutuhkan prima punta ekstra. Meski skema yang dimainkan Stramaccioni secara umum hanya membutuhkan seorang target-man, cuma memiliki seorang ujung tombak bisa dibilang bak sebuah percobaan bunuh diri.

Melihat situasi tersebut, Direktur Olah Raga Marco Branca sebagai sosok yang bertanggung jawab dalam strategi transfer klub kini berada dalam tekanan. Media di Italia menilai seharusnya ia bisa lebih bijak menangani manuver mercato tim.

Sejauh ini Palacio masih bisa menjadi juru selamat Branca dan Inter. Pertanyaannya adalah: sampai kapan?

Di Serie A, sembilan golnya menghasilkan enam poin buat Inter. Belum menambah dampak empat assist yang ia buat. Sepasang gol ke gawang Bologna dan Roma di Coppa Italia sejauh ini membuat Sang Ular Raksasa masih berada di semifinal. Di Liga Europa, Palacio membuat tujuh gol dalam delapan pertandingan.

Bila pada akhir musim Sang Biru-Hitam gagal menembus 3 besar karena kurang tajam, tekanan terhadap Branca jelas makin besar. Keputusan bisnisnya yang buruk berefek pada prestasi tim.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P