Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
balan bersama tim Gereja Santa Chiara e San Francesco di Rozzano, kota kecil di Provinsi Milano.
Cimiano merupakan klub satelit Milan. Di sana, De Sciglio tergabung dengan Pulcini, tim yang berisikan anak-anak berusia 8-10 tahun. Dasar bertalenta tinggi, De Sciglio hanya butuh satu tahun di Cimiano untuk menarik atensi pencari bakat Rossoneri.
Setelah ditolak Inter lantaran dianggap terlalu kecil, ia mengawali petualangan sebagai anggota akademi Sang Iblis Merah dalam usia 10 tahun.
Meski kariernya baru seumur jagung, perjalanan De Sciglio untuk mencapai status penghuni skuad utama Milan tergolong panjang. Dia memperkuat Tim Setan Merah dari berbagai level, mulai kelas Esordienti (usia 10-12 tahun) pada 2002-2003 hingga Primavera sepanjang 2009-2011.
Setelah matang di tim junior, pelatih Massimiliano Allegri mencantumkannya dalam skuad resmi Milan untuk musim 2011/12. Laga fase grup Liga Champion antara Milan melawan Viktoria Plzen pada 28 September 2011 menjadi spesial lantaran di partai itu ia menjalani debut profesionalnya bareng Rossoneri.
Status De Sciglio meningkat menjadi persona vital pada musim berikutnya. Terutama setelah Milan ditinggal rombongan senatori, para pemain senior. Predikat itu dibuktikan dengan kesempatan yang diberikan kepada De Sciglio untuk mengenakan jersey nomor punggung 2 di Milan.
"Saya menggunakan nomor yang pernah dipakai legenda seperti Mauro Tassotti dan Cafu. Saya harap bisa mengangkat standar mereka," ucapnya di situs klub.
Komparasi Legenda
Menilik pencapaiannya sejauh ini, remaja asli Milan itu berada dalam jalan tepat untuk mewujudkan harapan tersebut. Bersama Stephan El Shaarawy, De Sciglio adalah simbol regenerasi dan era baru Il Diavolo.
Usia De Sciglio baru 20 tahun, tapi penampilannya dianggap sekelas veteran. Bukan pernyataan subjektif lantaran pengakuan terhadap kehebatan bocah ajaib itu terlontar dari beberapa figur penting.
Berposisi natural sebagai bek kanan, De Sciglio memiliki kelebihan fleksibilitas yang memungkinkan ia bermain sama baik di kedua sisi. Seiring jam terbang bertambah dan kepercayaan tinggi dari Allegri, ia semakin matang dan komplet dalam segi teknik.
Statistik berbicara. De Sciglio bukan hanya tangguh bertahan, tapi juga krusial dalam distribusi bola dan serangan Rossoneri. Tugas utamanya sebagai defender pemutus serangan lawan dijalankan dengan baik lewat catatan 62 tekel, terbanyak kedua di Milan.
Tampil 19 kali di liga musim ini, terbanyak di antara bek-bek Milan, dia juga vital dalam pergerakan tim. Catatan 829 umpannya hanya kalah dari Riccardo Montolivo (1.578) dan Ignazio Abate (836). De Sciglio bahkan kolektor crossing terbanyak di timnya dengan jumlah 117.
Atribut skill spesial dari penggemar film ini membuat komparasi antara dirinya dengan legenda klub, Paolo Maldini, tak terhindarkan. Kebetulan De Sciglio sendiri mengidolakan Maldini. "Perbandingan saya dengan Maldini terlalu dini. Mencapai separuh dari prestasinya saja sudah luar biasa," kata De Sciglio.
Kalau bisa mempertahankan konsistensi, rasanya pemuda berzodiak Libra itu tinggal menunggu waktu untuk melakoni debut di timnas senior Italia.
“De Sciglio ditakdirkan untuk menjadi pemain besar, yang hanya lahir sekali dalam 20 tahun,” ujar eks bek Milan, Giuseppe Pancaro, di Football Italia.
Bicara soal takdir, jalan hidup seperti De Sciglio pernah dialami eks kapten Milan, Franco Baresi. Saat masih bocah, Baresi juga pernah ditolak masuk akademi Inter. Tak disangka peristiwa itu justru membuka jalannya untuk menjadi salah satu legenda terbesar Iblis Merah. Apakah rekam jejak serupa akan dijalani De Sciglio?
“Mattia bisa terus berkembang secara fisik. Dia punya gaya khas Milan dan cocok dengan tim ini. Saat berusia 20 tahun, saya pun belum berkembang sepenuhnya. Satu hal yang mesti dicamkan Mattia adalah dia harus lebih ganas dan memiliki insting pembunuh,” ucap Maldini.