Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

MBFA, Inti Persija Banteng

By Caesar Sardi - Senin, 25 Maret 2013 | 07:00 WIB
Perebutan bola antara Kaimanullah (5) dari Persija Banteng dan Saroja (Alap-Alap) di final di Stadion Utama Senayan Jakpus. (Dok. Tabloid BOLA)

1, menaklukkan Alap-Alap Jaya di final dengan skor yang sama.

Turnamen Sepakbola Junior yang diikuti oleh 16 klub se-Jakarta ini diadakan oleh Pelaksana Proyek PSSI Garuda dan Panitia Kursus Wasit C-1 PSSI. Bagi para wasit peserta kursus, arena ini dijadikan ujian. Sedangkan bagi Garuda, buat memilih beberapa pemain pengganti yang sudah keluar.

Persija Banteng yang para pemainnya berintikan klub MBFA ini menurunkan Prabu Putranto, Alfian, Deddy Januar, Eddy Simon, Robby Hartono, Mohammad Kaimanullah, Husen, Benny Maruli Sitorus, Sudirman Simamora, Mohammad Rokhyat, dan Zuharaidy Erlandi Bandesi. Alap Alap Jaya tampil dengan Ahmad, Bambang Yuliawan, Azhari, Alfian, Saroso Madjid, Sanjaya, B. Siswanto, Saroja Syahrul, Masar, Eddy, dan Irawan.

Beberapa tambahan pemain Persija Banteng diambil dari klub Pemuda Jaya dan Metro. Nama Banteng sendiri dipakai karena mereka biasa berlatih di Lapangan Banteng.

MBFA didirikan oleh Lambert Edward Joel sejak 8 Mei 1950. Tujuan didirikannya klub ini adalah untuk mencegah para remaja dari kemungkinan terjerumus pada perbuatan-perbuatan yang negatif.

"Sampai tahun 1979 saya aktif di sana," tutur Lambert yang lebih populer dengan sebutan Si Bung ini di Stadion Utama Senayan. Selanjutnya, MBFA ditangani oleh antara lain Imang Tariana dan Martono Martonagoro. Imang melatih klub ini mengambil contoh dari pelatih-pelatih seperti Wiel Coerver, Barbatana, dan Burkhard Pape. Barangkali adonan gado-gado inilah yang membuat MBFA terbilang tangguh dan banyak disegani oleh klub-klub lain di Jakarta. "Sudah banyak kita merebut gelar juara," tambah Si Bung. "Piala-piala juga banyak kita miliki."

Ini bukan ungkapan somboqg. Lambert hanya ingin mengatakan, bahwa gelar juara yang mereka rebut pada turnamen yunior ini memang seperti sudah diduganya sejak semula. Gelar itu hanyalah memperkokoh kedudukan MBFA sebagai klub yang dibina bukan
dengan main-main.

Di samping itu MBFA sudah cukup banyak memberikan sumbangan bagi kemajuan persepakbolaan nasional. "Itu memang target kami," tambah Si Bung. "Kami ingin membantu program PSSI. Menyumbangkan pemain kami bagi kemajuan dunia sepakbola kita."

Di tubuh PSSI Garuda misalnya, ada nama Isman Yasulmei. Dia ini eks MBFA tahun 1983. Kemudian di Galatama ada pula Ristomoyo (Yanita Utama). Nama lain, Zamil Nuzar, eks Galasiswa Ragunan yang tahun ini mulai masuk Galamahasiswa di Solo. "Zamil Nuzar dilatih di MBFA sejak kelas V SD," ujar Lambert, karyawan Depdikbud yang mulai memasuki masa pensiun sejak 1 Juni lalu.

Itu baru tiga nama. Rasanya memang agak kurang lengkap kalau tak menyebut juga Iswadi Idris, anak MBFA angkatan tahun 1967. Yang lain misalnya Wahyu Tanoto dan Budi Tanoto, angkatan tahun 1979. Ristomoyo sendiri angkatan tahun 1982. Pendeknya, sejak tahun 1958, terhitung sudah sekitar 20 orang pemain nasional yang disumbangkan MBFA.

Pada awal berdirinya, MBFA adalah kepanjangan Merdeka Boys Football Association. Tetapi sejak 8 Mei 1983 kepanjangan itu diubah menjadi Main Bola Fisik dan Akal.

(Penulis: Aba Mardjani, Tabloid BOLA edisi no. 34, Jumat 19 Oktober 1984)