Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Meski hanya mampu meraih gelar juara tiga nomor sabel dalam Kejurnas Anggar 1984 di Jakarta, bagi Tono Suratman masih terhitung bagus. Soalnya, selama kejuaraan berlangsung, penganggar DKI ini tetap menjalankan tugasnya sehabis bertanding sebagai prajurit ABRI.
"Bertanding untuk nama daerah memang penting. Tapi tugas untuk negara lebih penting," ujarnya. Jadi, jangan heran kalau sehabis bertanding Tono harus kembali ke markasnya di Cijantung. Ia memang kapten Pasukan Sandhi Yudha yang dulu lebih dikenal dengan nama RPKAD atau pasukan Baret Merah.
Ternyata Tono (32) bukan hanya penganggar. Cabang menembak dan terjun payung ia tekuni juga. Ketiga cabang itu, katanya, sangat perlu bagi dirinya sebagai tentara. Lebih-lebih menembak dan anggar merupakan kegemarannya sejak di Akabri Magelang. Ia lulusan tahun 1975.
Debut anggarnya dimulai tahun 1970 di Palembang pada Pekan Olahraga Mahasiswa sebagai juara III. "Tapi, sebenarnya, waktu itu saya belum mahasiswa, masih SMA. Saya diselundupkan untuk memperkuat tim ASMI," tutur Tono. Nah, ketahuan.
(Penulis: Zaenal Effendi, Tabloid BOLA edisi no. 34, Jumat 19 Oktober 1984)