Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
sapaannya, masih tercatat sebagai juru taktik dari Inter Milan.
Gelar tersebut memang pantas disematkan kepada dirinya yang sukses menjuarai liga di tiga negara berbeda dalam kurun waktu 6 tahun, yakni Liga Sagres Portugal (Porto - 2002-03 dan 2003-04), Premier League (Chelsea - 2004-05 dan 2005-06) serta Serie A (Inter - 2008-09). Belum lagi dia juga pernah berhasil membawa Porto merajai Liga Champions pada musim 2002-03.
Usai pemberian gelar kehormatan tahun 2009 tersebut, Mou tidak langsung puas begitu saja. Meski ucapan dan tingkah lakunya kerap dianggap kontroversial, ukiran prestasi pelatih berusia 50 tahun itu justru semakin berlimpah. Musim 2009-10, pria asli Portugal itu sekali lagi menghadirkan gelar Scudetto bagi Inter plus trofi Liga Champions sebelum dirinya memutuskan hijrah ke Madrid.
Kepindahannya ke Spanyol pun tak lantas membuat karier Mou meredup. Kehadiran titel juara Liga BBVA musim lalu bagi El Real sukses mencatatkan dirinya sebagai pelatih yang berhasil menjuarai liga di empat negara.
Sebelum menjajakan kaki di ranah sepak bola, sang ibu mengaku sempat mendaftarkan putranya tersebut di jurusan bisnis administrasi. Namun, Mou langsung memutuskan berhenti dan segera memulai fokus dalam bidang olahraga yakni, sepak bola.
Setelah lulus, pelatih yang lahir di Setubal itu langsung mengambil kursus kepelatihan dari Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA). Dia memulai melatih klub junior, Vitoria de Setubal, sebelum akhirnya pindah ke Benfica pada bulan September 2000.
Menariknya, sejak tahun 2002 sampai dengan 2012, Mou selalu memenangkan kompetisi dan gelar. Baik liga domestik, liga antar klub, maupun gelar individual sebagai pelatih. Tak heran, pria berkharisma ini lantas dijuluki The Special One.
Laporan Duniasoccer.com