Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
16 putaran kejuaraan dunia balap mobil Formula 1 tahun ini, menjadi saksi perebutan gelar antara dua pembalap dari satu tim. Mereka mengejar gengsi paling tinggi di dunia balap mobil internasional. Ternyata kemenangan itu diraih oleh pembalap kawakan Austria, Niki Lauda (35), menyisihkan Alain Prost (29) dari Prancis menjadi runner-up.
Kemenangan ini merupakan juga prestasi gemilang tim McLaren, dengan 12 kemenangan di 16 sirkuit. Suatu prestasi yang belum pernah disamai oleh tim mana pun. Semua gelar paling unggul telah mereka rebut, baik untuk pengendara maupun konstruksi mobil.
Hebatnya lagi, tim yang di dalamnya terdiri dari komponen mobil gado-gado ini menggunakan sponsor pribadi. Mobil dibantu mesin turbo Porsche buatan Jerbar, kerangka buatan McLaren sendiri yang dirancang oleh John Barnard dengan memasukkan ke dalam tipe MP-4/2 S. Kemudian dirakit di Inggris dan dikendarai pembalap dari Austria dan Prancis.
McLaren sendiri merupakan tim yang sudah menginjakkan kakinya di sirkuit Formula 1 sejak 1966, dengan pembalapnya Bruce McLaren. Mengalami masa keemasan dengan merebut gelar juara dunia untuk konstruksi mobil dan pembalap tahun 1974, yang waktu itu pembalapnya Emerson Fittipaldi (Brasil) dan Denis Hulme (Selandia Baru). Sehingga tahun ini merupakan masa keemasan kedua bagi McLaren.
Kalau ditinjau secara keseluruhan, sejak 34 tahun lalu ketika balap mobil Formula 1 diadakan, McLaren baru tiga kali mengantarkan seorang pembalap menjadi juara dunia. Selain tahun 1974 dan 1964, juga tahun 1976 dengan pembalap Inggris, James Hunt. Sayangnya waktu itu untuk kejuaraan konstruksi mobil mereka dikalahkan Ferrari dari Italia.
Tipis
Persaingan sungguh ketat tahun ini. Bayangkan Lauda hanya unggul angkaM 1 saja dalam pengumpulan angka di 16 sirkuit. Lauda 72 dan Prost 71.
Peristiwa ini merupakan kesialan bagi Prost untuk kedua kalinya dalam usaha untuk menjadi orang Prancis pertama, merebut juara dunia Formula 1. Tahun lalu, Prost hanya selisih 2 angka saja dari pembalap Brasil Nelson Piquet (59-57).
Seperti halnya tahun lalu, Prost tahun ini menjadi unggulan utama untuk keluar sebagai juara. Ia memang memenuhi persyaratan sebagai pembalap Formula 1. "Muda dan cerdik dengan ketrampilan mengemudi yang menggiurkan orang," kata pembalap legendaris, Jackie Stewart di Jakarta.
Selama 4 tahun Prost memperkuat tim Renault dan ketika ia gagal menjadi juara dunia 1983, ia bentrok dengan timnya dan keluar. Lalu mengikat kontrak dengan McLaren. Kepindahannya ke tim Inggris itu dengan menggeser kedudukan pembalap John Watson, menimbulkan rasa ketidaksenangan orang-orang Inggris.
Watson sudah memperkuat McLaren sejak 1980 untuk mendampingi Niki Lauda. Namun manajer McLaren, Ronn Dennis ingin agar dalam timnya terdapat "darah segar".
Masuknya Prost, sangat membantu Lauda. Keduanya ternyata cocok dan merupakan duet paling ditakuti lawan tahun ini. Biasanya dalam satu tim, antar pembalap seperti "duri dalam daging". Prost sendiri pernah mengalaminya di tim Renault. Ia berselisih hebat dengan rekannya, Rene Arnoux.
Bagi Niki Lauda sendiri karir menjadi juara dunia tiga kali (1975, 1977, 1984) merupakan rekor ketiga sesudah Jack Brabham (Australia), juara 1959, 1960, 1966, dan Jackie Stewart (Irlandia) juara 1969, 1971, 1973.
Niki Lauda tidak mau disamakan dengan mereka. "Dunia selalu berubah, demikian juga di balap mobil. Perubahan itu saling melengkapi dan yang terakhir itulah yang paling baik," demikian katanya daiam suatu wawancara.
Lotus
Kemenangan tim McLaren dengan 12 dari 16 sirkuit dalam satu musim balapan, adalah prestasi cemerlang dan hanya bisa didekati oleh tim Lotus yang mempunyai reputasi 8 kemenangan saja pada tahun 1978. Lotus sendiri yang semula tim raksasa, kini menurun drastis sesudah ditinggalkan oleh "big boss"nya dan sekaligus perencana mobil Formula 1, Cholin Chapmann. Ia meninggal karena serangan jantung tahun 1981.
Dari 16 sirkuit, Lauda memenangkan Grand Prix Afsel, Inggris, Austria, Prancis, dan Italia. Sementara Prost unggul di GP San Marino, Monaco, Jerbar, Belanda, dan Portugal. Sisa musim balapan 1984 yang dijuarai oleh pembalap di luar tim McLaren adalah GP Kanada dan AS (Detroit) oleh Nelson Piquet (Brasil). GP AS di Dallas oleh Keke Rosberg (Finlandia) serta Michelle Alboreto (Italia) di GP Belgia.
Musim balapan tahun 1984 tidak terlepas dari "riak" gelombang perselisihan antara Federasi Internasional Sport Automotive (FISA) dengan tim-tim maupun OC (penyelenggara) balapan. FISA telah menjatuhkan sanksi-sanksi terhadap tim, pembalap, maupun direktur OC GP. Yaitu tim Tyrell tidak diperbolehkan mengikuti balapan dalam satu musim, karena mobil-mbbil mereka melanggar ketentuan teknis. Yaitu memodifikasi bagian mobilnya untuk tempat bahan bakar, agar jumlah bahan bakar lebih banyak dari kapasitas yang ditentukan. Ini ketahuan pada GP AS di Detroit di mana sistem radiatornya hanyalah semu, yang sebetulnya samaran untuk tangki bahan bakar tambahan.
Kemudian pembalap Tyrell, Martin Brundle (Inggris) yang menempati urutan kedua GP Detroit, terkena diskualifikasi. Mobilnya ternyata menyalahi ketentuan yang berlaku. Selain itu pembalap Nigel Mansell (Inggris) dari tim Lotus mendapat peringatan keras karena dinilai sebagai penyebab "kekacauan waktu start GP Detroit. Peringatan itu mempunyai tenggang waktu. Jika kesalahan serupa terulang, lisensi Mansell sebagai pembalap Formula 1 bisa dicabut.
Sanksi lainnya oleh FISA dijatuhkan kepada Jackie Ickx yang menjadi direktur OC GP Monaco. Ia dinyatakan bersalah karena menghentikan jalannya balapan pada putaran ke-32 dari 72 yang direncanakan. Kebetulan saat itu, situasi tidak menguntungkan karena turun hujan dan pembalap Alain Prost memegang posisi terdepan. Keputusan Ickx itu menimbulkan protes dari tim-tim peserta balapan. Ickx dituduh "main sabun" dengan tim McLaren, khususnya untuk Prost.
Protes itu disampaikan kepada FISA, dan sesudah dirapatkan di markas besarnya di Paris, protes diterima. FISA menjatuhkan denda 6.000 dollar (sekitar Rp 6 juta) kepada Ickx yang juga veteran pembalap Formula 1 dari Belgia itu. Selain itu lisensi Ickx sebagai direktur OC GP ditangguhkan sampai tahun ini.
(Penulis: Ignatius Sunito, Tabloid BOLA edisi no. 36, Jumat 2 November 1984)