Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Gebrakan Semen Padang Mengetatkan Persaingan

By Caesar Sardi - Kamis, 4 April 2013 | 12:00 WIB
Kuswarlan, pemain sayap Yanita Utama, melompat tinggi untuk menghindari cegatan poros halang dan kapten Niac Mitra, Wayan Diana, dalam pertandingan Galatama di Bogor pekan lalu, Yanita memenangkan pertandingan ini 2-1. (Dok. Tabloid BOLA)

1.

Hasil ini menambah ketat dan keras persaingan merebut puncak. Kalau beberapa waktu lalu BOLA hanya menyebut lima klub yang paling berpeluang untuk merebut mahkota juara dari pelukan Yanita Utama, saat ini tak berlebihan jika ditambah satu dengan kehadiran Semen Padang.

Klub yang diperkuat bekas palang pintu Pardedetex, Suharno, itu menyembul dengan hasil amat gemilang dalam putaran kedua ini. Padahal dalam putaran pertama, mereka terseok dan nyaris tak dilihat sebelah mata oleh lawan-lawannya.

Namun apakah Semen Padang akan mampu menyentak ke tangga teratas, jawabnya tentu masih cukup panjang. Bahkan bukan tidak mungkin prestasi gemilang mereka terhenti sudah, karena sisa empat pertarungannya harus dimainkan di luar kandang. Yang tak kalah penting, tiga di antaranya merupakan lawan berat yang sekaligus saling bersaing yakni Makassar Utama, UMS 80, dan Tunas Inti. Hanya satu yang boleh dibilang lemah, yakni Arseto.

Lantas bagaimana peluang juara bertahan sendiri? Jawabnya juga tak kalah berat seperti Semen Padang. Dari sisa empat pertandingan Yanita, hanya satu kali mereka bisa bermain dengan agak santai yakni melawan Bali Yudha di Denpasar. Tiga pertarungan lainnya masing-masing melawan Mercu Buana di kandang sendiri dan UMS 80, serta Tunas Inti di Jakarta.

Tetapi polesan bekas pelatih nasional asal Belanda, Wiel Coerver, makin terasa bagi pergerakan klub kota hujan ini. Pengaliran bola yang selama ini serba mengambang, mulai terasa mantap. Begitu juga gedoran barisan depannya, makin terasa berbahaya.

Namun bukan berarti Yanita tak lagi memiliki lubang berbahaya, meski dikawal ketat oleh libero nasional terbaik Herry Kiswanto. Paling tidak dua gol yang terjadi ketika melawan Makassar Utama di kandang sendiri membuat lubang itu kelihatan bagi setiap lawan. Kurang koordinasi antara kuartet pertahanannya membuat lawan mudah menyeploskan si kulit bundar ke gawang M. Asyik.

Begitu pun ketika melawan Niac Mitra minggu lalu. Gol balasan Niac yang dibuat Yusuf Malle, sebenarnya tak perlu terjadi jika koordinasi itu serasi.

(Penulis: Mahfudin Nigara, Tabloid BOLA edisi no. 37, Jumat 9 November 1984)