Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
apa. Namun aumnya yang nyaring cukup menggetarkan hingga ke tanah Jawa. Sekali ini korban yang nyaris ditelannya adalah sang jagoan, Yanita Utama.
Dengan skor 1-1 yang dibuat anak-anak Bali Yudha, berarti klub milik Mayun Samirana SH ini benar-benar harus diperhitungkan kelak. Dari tiga pertarungannya melawan klub-klub raksasa, Bali Yudha mengantungi empat angka. Bahkan sekaligus menamatkan riwayat Tunas Inti yang berambisi menjadi juara dengan mempecundangi klub milik Benniardi itu 2-1. Kemudian giliran klub milik PT "Astra Internasional" ditahan seri 1-1. Terakhir Yanita Utama juga berakhir sama 1-1.
Orang lantas bertanya. apakah anak-anak yang dipoles bekas pelatih Pardedetex, Mercu Buana, dan Caprina, Kaelani, itu sudah begitu perkasanya, sehingga membuat langkah malang melintang yang tiada kepalang? Padahal musim lalu, mereka seperti secuil kapas putih yang diterbangkan ke mana saja oleh hembusan angin sekecil apa pun.
Mereka terus menerus dibantai. Tunas Inti yang kalah itu, pernah membantainya 6-1. Kemudian Yanita juga menang telak, 6-1. Lebih tragis lagi, mereka dihancurleburkan oleh UMS 80 dengan skor amat fantastis 13-0.
Bali Yudha
Skor tersebut sempat membuat Galatama kembali geger, setelah terjadi kasus skor Cahaya Kita berhadapan dengan Niac Mitra Surabaya 0-11. Begitu seriusnya, hingga Administrator Liga, Acub Zainal, terpaksa memberikan tanggapan. Namun sebelum putaran kedua dimulai, Acub sempat berucap, Bali Yudha tidak akan rontok seperti dulu.
Ucapan Acub itu sekarang menjadi kenyataan. Tetapi apakah benar-benar seperti itu, sehingga klub-klub raksasa tak mampu menumbangkannya? Apalagi dalam keadaan serba terjepit seperti sekarang untuk bersaing ke puncak klasemen. Entahlah. Yang pasti Bali Yudha yang sudah mulai terlupakan ketika terus-menerus dirundung kekalahan, saat ini mulai kembali dicintai. Tak henti-hentinya penggemar sepakbola bicara tentang keperkasaan anak-anak asuhan Kaelani itu. Malah ketika menghadapi Yanita Utama, lebih 10.000 penonton datang untuk memberikan dukungannya. Bukan main.
Makassar Utama
Kalau tak ada aral melintang, Makassar Utama akan menutup musim kompetisi kali ini dengan menghadapi klub dari Medan, Mercu Buana. Tetapi sayang, banyak angka yang terlepas dari genggaman Makassar Utama, meski peluangnya untuk menapak ke puncak klasemen masih tetap terbuka.
Tetapi juara atau tidaknya klub milik Yusuf Kalla ini, sepenuhnya bergantung pada klub lain. Ini disebabkan angka maksimal Makassar Utama, termasuk jika menang melawan Mercu, hanya 29. Padahal dua pesaing lainnya bukan tidak mungkin bisa mengantongi angka 30 atau 31. Berarti lebih tinggi satu angka dari klub kebanggaan Ujungpandang itu.
Menurut menajernya, Andi Darussalam, harapannya untuk meraih gelar juara sudah tidak mungkin lagi. "Hanya nasib mujur yang bisa membuat kami juara," katanya pada BOLA. Itu pun harus dengan catatan, Yanita dan UMS serta Tunas Inti saling bunuh di Jakarta.
"Rasanya tidak mungkin. Hasil yang saat ini dicapai anak-anak itu benar-benar telah memuaskan hati kami. Jadi saya pikir sudah cukuplah. Malah sebelumnya ambisi kami hanya di tempat kelima. Dengan hasil ini saya pikir kami bisa nomor tiga atau empat. Itu artinya sudah di atas target," lanjut Andi Darussalam.
Yah, rasanya memang demikian. Tetapi seperti juga Bali Yudha, Makassar Utama untuk musim mendatang bukan tidak mungkin menjadi klub dengan kekuatan tak kepalang. Apalagi jika pelatihnya Ilyas Hadade sudah menemukan ujung tombak yang lebih menggigit.
Hingga saat ini, Makassar Utama merupakan klub yang paling sedikit menderita kekalahan. Dari 21 pertarungan yang telah diselesaikan, Makassar baru kalah dua kali. Selain itu, pola bertahan yang senantiasa ditampilkan klub milik Yusuf Kalla itu amat tangguh. Sayang mereka tak memiliki satu pun ujung tombak yang baik untuk mengimbangi kekuatan pertahanannya. Kalau ini sudah tak terjawab, siapa pun, mungkin tak akan tahan menghadapinya.
Apalagi daya juang dan semangat runcing badik yang dimiliki pasukan Ilyas Hadade ini bukan main hebatnya. Selain itu dukungan publik di kandangnya juga amat luar biasa. Bukan tidak mungkin kelak Makassar Utama tak akan kecolongan bermain di kandang sendiri. Artinya mereka akan menjadi penantang nomor satu.
(Penulis: Mahfudin Nigara, Tabloid BOLA edisi no. 39, Jumat 23 November 1984)