Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kamis, 18 April 2013. Badan Tim Nasional (BTN) PSSI akhirnya mengumumkan nama Jacksen F. Tiago sebagai pelatih timnas Indonesia.
Euforia pecinta Tim Garuda melonjak. Lelaki asal Brasil berusia 44 tahun tersebut merupakan salah satu pelatih terbaik di Tanah Air saat ini.
Jacksen F. Tiago memang sudah mencuri hati pecinta timnas. Jacksen adalah pilar utama di lini depan Persebaya saat meraih gelar juara Liga Indonesia 1996/97. Sebagai pelatih, ia juga membawa Persebaya serta Persipura menjadi klub terbaik di Indonesia.
Bekal malang-melintang di berbagai penjuru negeri membuatnya paham karakter orang Indonesia.
“Baguslah kalau Jacksen yang diangkat menjadi pelatih timnas. Prestasinya bagus dan sudah paham bagaimana menangani pemain Indonesia,” kata Mundari Karya, Pelatih PSPS yang pernah menukangi timnas U-16, dalam wawancara dengan BOLA.
Hanya, tetap ada hal yang mengganjal. Penunjukan Jacksen bukan hanya mengejutkan, tetapi juga kental dengan aroma pergeseran peta kekuatan di tubuh PSSI.
Tentu semua masih ingat dengan perlakuan tidak mengenakkan yang diterima Nil Maizar akhir Februari silam. Urang awak ini diberhentikan secara sepihak dari pos pelatih timnas tanpa penjelasan apapun dari PSSI. Kontrak uda Nil sendiri awalnya direncanakan hingga Piala Asia 2015.
Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin, menunjuk Luis Manuel Blanco sebagai pelatih anyar untuk timnas senior dan U-23. Hanya, belum sempat menangani Serginho van Dijk cs., jabatan pelatih timnas kembali beralih.
Blanco bahkan tak berada di bench saat Tim Merah-Putih menghadapi Arab Saudi di laga Kualifikasi Piala Asia 2015 pada pertengahan Maret. Posisinya ditempati duet Rahmad Darmawan dan Jacksen F. Tiago.
“Perdamaian” dua kepentingan besar di PSSI menjadi penyebab. Sejumlah anggota Komeks, plus Wakil Ketua Umum PSSI dan Ketua BTN, La Nyalla Mattalitti, ditengarai menginginkan kembalinya Alfred Riedl sebagai pelatih timnas.
Djohar bersikeras mempertahankan Blanco. Nah, sebagai jalan tengah, ditunjuklah Jacksen sebagai pelatih timnas sepanjang sisa Kualifikasi Piala Asia.
Yang agak menggelitik adalah respons Jacksen sendiri. Ia justru baru mengetahui penunjukan dirinya lewat media sosial dan sempat mempertanyakan kebenaran berita tersebut. Bukankah sudah awam bahwa pihak federasi semestinya bertemu lebih dulu dengan Jacksen untuk mendengar visi sang pelatih soal timnas?
***
Brasil telah memilih Scolari untuk memutus rentetan hasil buruk Selecao di PD. Soal berhasil atau tidak, “Bapak Waktu” yang akan menjawab soal itu. Peluang tentu ada. Beberapa tim, seperti Prancis di PD 1998, baru menemukan formula ajaib mereka di saat-saat terakhir.
BTN pun telah resmi menunjuk Jacksen sebagai nakhoda anyar timnas. Mimpi pria kelahiran Rio de Janeiro ini akhirnya terwujud. Semua menantikan polesan tangan dingin Jacksen untuk membawa Garuda terbang tinggi. Semoga, Jacksen tidak hanya menambah daftar korban pertarungan para elite sepak bola negeri ini.#