Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Persiapan yang dilakukan petinju Munadi (29) sebelum merebut kembali sabuk kejuaraan kelas terbang dari tangan Nixon Gabriel, 1 Desember lalu, ternyata tidak hanya fisik. "Yang ikut menentukan kemenangan adalah Honda bebek tua saya," ujarnya.
Demi ketenangan pikiran, Munadi memang telah menjual sepeda motor tuanya seharga Rp 100 ribu dan uangnya ia serahkan semua ke tangan isterinya. "Jadi, saya tidak repot lagi memikirkan dapur, sehingga saya bisa lebih berkonsentrasi pada latihan," kata sang juara yang pernah jualan bubur ayam ini.
Namun, keberuntungan petinju asuhan Wahyu dari Sasana Banteng Bandung ini dalam segi materi rupanya masih belum tiba. Ia pulang hanya dengan uang Rp 100 ribu di kantong dari hasil pertarungannya merebut gelar juara. Begitu tega promotor kita.
Alhasil, sepeda motor tuanya tetap melayang karena uang bayaran dari pertandingannya hanya cukup untuk selamatkan kematian anaknya. Nasibnya memang cukup malang.
"Gelar juara yang saya raih memang membuat saya bangga. Namun entah bagaimana caranya saya harus mengembalikan lagi Honda bebek tua saya," keluh petinju yang belum memiliki pekerjaan tetap itu.
Kini, katanya, ia sedang menanti siapa yang akan menjadi promotornya dalam pertarungannya kelak. "Mudah-mudahan kali ini saya bisa mengganti milik saya yang hilang untuk mengepulkan asap dapur itu," katanya pula sambil memijit-mijit sepatunya yang sudah jebol.
(Penulis: Adang S., Tabloid BOLA edisi no. 42, Jumat 14 Desember 1984)