Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Jarangnya pemain asli Inggris yang mau mencoba iklim sepak bola di luar Premier League mungkin menjadi alasan yang tepat atas menurunnya performa timnas The Three Lions dikompetisi yang melibatkan negara Eropa dan dunia.
Setelah juara Piala Dunia pada tahun 1966, prestasi terbaik tim negeri Ratu Elizabeth itu hanya sanggup menyentuh perempat final, baik di Piala Dunia maupun Euro. Hal ini yang melatarbelakangi pemain Queen Park Rangers, Anton Ferdinand, untuk menjajal peruntungan di luar Inggris dengan dipinjam ke Bursaspor.
Anton Ferdinand yakin bahwa pemain Inggris harus mencoba atmosfer permainan di luar inggris. Agar mendapat pengalaman tentang sepak bola. Meski Premier League adalah impian dari seluruh pemain dunia, namun adik kandung Rio Ferdinand itu mengatakan bahwa tidak penah menyesal hijrah ke Turki.
"Saya menikmatinya, itu sangat berbeda tapi saya telah terbiasa dengan budaya dan cara hidup di sini sangat cepat," kata Ferdinand kepada Sky Sport.
"Beberapa orang suka berpikir bahwa mereka ingin pergi dan bermain di luar negeri dan hal-hal seperti itu, tidak mengganggu saya," ujar Ferdinand.
"Saya pikir bermain di luar negeri jelas merupakan suatu tantangan bagi siapa pun. Orang datang dari luar ke Inggris dan betapa sulitnya mereka untuk bersaing. Saya tidak pernah menyesal dengan keputusan bermain di luar Inggris," tegas pemain yang sudah tiga kali bermain untuk Bursaspor dalam Liga Super Turki.
Anton Ferdinand pernah menjadi korban kasuh rasial yang dilakukan kapten Chelsea, John Terry, yang mengeluarkan kata-kata bernada rasis kepada Ferdinand di lapangan pada pertandingan yang kemudian dimenangkan QPR dengan skor tipis 0-1.