Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
bulanan pemain maupun ofisial klub, seperti yang belakangan marak terjadi di kompetisi nasional.
Namun, bagi Oki Dwi Putra Senjaya (29), hal itu tak menggoyahkannya untuk tetap berprofesi sebagai wasit, seperti yang telah dilakoninya selama hampir 14 tahun. Totalitas serta kesungguhannya selama meniti karier menjadikan Oki sebagai salah satu wasit papan atas Indonesia pada saat usianya belum mencapai 30 tahun.
"Saya bangga dengan profesi ini karena tak semua mau menjadi wasit. Seperti profesi lainnya, wasit juga memberi banyak pengalaman suka, juga duka," tutur Oki.
Oki, yang menjadi wasit sejak usia 17 tahun, pernah bertugas di level internasional seperti di Piala AFF U-19 2011 di Myanmar serta SEA Games 2011. Ia memperoleh sertifikat asisten wasit FIFA pada 2009 dan setahun kemudian menjadi wasit utama FIFA.
"Saya mendapat sertifikat FIFA di Bangkok, Thailand. Rasanya seperti mimpi ketika dinyatakan sebagai wasit FIFA," ujarnya.
Namun, dualisme federasi memaksa Oki memilih langkah penting dalam hidupnya. Pria kelahiran Bandung, 23 Oktober 1983, ini memutuskan untuk terjun di LSI, yang waktu itu dianggap kompetisi tak resmi oleh PSSI.
Akibatnya, Oki diasingkan dari tugas internasional. "Itu konsekuensi atas pilihan yang saya ambil. Tak apa karena ketika itu saya ingin memimpin di LSI yang pesertanya lebih berkualitas," tuturnya.
Di LSI, Oki termasuk jajaran wasit terbaik. Pada 2010 ia dinobatkan sebagai wasit terbaik Indonesia.
"Saya selalu berusaha memacu diri menjadi yang terbaik karena saya suka mendengar apa pendapat masyarakat mengenai pekerjaan saya di lapangan," ujarnya.
Oki mengaku sangat mencintai dunia wasit yang ditekuninya. Ia menyebut tak mau menghancurkan kariernya demi kucuran fulus. Sepanjang kariernya, Oki menyebut tak pernah main mata dengan klub.