Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sudah dua musim hubungan kelompok suporter Persis Solo, Pasoepati, dan PSS Sleman, Brigata Curva Sud, tidak harmonis. Terakhir, bentrokan yang mempertemukan kedua tim di Stadion Manahan, Solo, Rabu (4/9), harus diakhiri dengan aksi WO.
PSS Sleman sebagai tim tamu memilih mundur. Tim berjuluk Elang Jawa itu memutuskan tidak melanjutkan pertandingan di babak kedua karena menganggap tidak ada jaminan keamanan.
Sepanjang pertandingan di babak pertama, kubu tim tamu merasa terintimidasi dengan teror yang dilakukan pendukung tuan rumah.
Salah seorang pendiri Pasoepati, Mayor Haristanto, menyesalkan kejadian itu. Apalagi ada korban luka akibat peristiwa itu. Citra Pasoepati sebagai kelompok suporter yang cinta damai dan juga Kota Solo yang ramah dinilai Mayor bisa tercoreng.
"Bisa jadi kerusuhan di Solo sebagai aksi pembalasan dari lawatan Persis ke Sleman di putaran pertama. Namun, aksi itu tetap tidak dibenarkan. Saya tentu prihatin atas kejadian ini," kata Mayor.
Mantan presiden pertama Pasoepati itu meminta kedua pihak untuk menahan diri. "Persis dan PSS pernah punya hubungan baik. Jangan hanya karena fanatisme lantas mengorbankan hal-hal lain," kata Mayor.