Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
21, 21-19, dan 21-16 dari Marvin Mainaky, pria asal tuan rumah ini membuat warga Sumatera Utara bangga dengan semangat pantang menyerahnya di karpet hijau.
Pertarungan sengit sudah terjadi sejak game pertama. Basri tertinggal 7-11 di awal permainan. Ia berhasil mengejar ketertinggalannya dan menyamakan kedudukan 16-16 sebelum akhirnya takluk 18-21.
Di game kedua, semangat Basri kian memanas. Seolah tak kenal lelah, ia selalu mengejar shuttlecock dari Marvin dan meluncurkan pukulan-pukulan sudut yang membuat Marvin kewalahan. Basri memaksakan rubber game dengan kemenangan 21-19 di game kedua.
Game ketiga berlangsung ketat. Perolehan poin keduanya selalu terpaut tipis. Tertinggal 8-9, Basri sempat menyamakan poin di angka 13-13. Namun, ia harus mengakui keunggulan lawan, 16-21.
"Di game ketiga tadi, dia sudah kelelahan sehingga kurang mengantisipasi permainan lawan. Mudah-mudahan ke depannya dia lebih main berani lagi," ujar pelatih Basri, Zion N. Tambunan.
Meskipun kalah, Basri mendapatkan tepuk tangan meriah dari penonton. Penonton mengapresiasi usaha dan kerja kerasnya sepanjang pertandingan.
"Mainnya ngotot, kemana aja bola dikejar. Yang main bagus juga jadi dibuat bingung. Kalahnya juga tipis, skornya rapat," komentar salah satu penonton.
Basri Pasaribu lahir dari keluarga sederhana di Sibolga, Sumatera Utara, 15 tahun silam. Sejak usia 8 tahun ia jatuh cinta pada bulutangkis dan memutuskan untuk menekuni olahraga tepuk bulu ini.
Ia kini bernaung di bawah klub PB Junior Sibolga dan tercatat sebagai pemain tunggal taruna putra. Di tahun 2012, Basri pernah menjuarai Sibolga Open 2012. Basri yang dikenal humoris ini pun bercita-cita ingin menjadi atlet hebat seperti Liem Swie King.
"Dia sama seperti saya, asalnya dari desa. Tapi meskipun awalnya dari orang susah, semangatnya tinggi dan dia bisa sukses di bulutangkis," tutur Basri.