Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Simposium Permainan Bertahan

By Riemantono Harsojo - Selasa, 24 September 2013 | 20:11 WIB
Belanda, dikenal memiliki permainan menyerang yang bagus. (AFP)

Sepak bola Indonesia mungkin bisa melakukan langkah berikut ini jika ingin memiliki permainan bertahan yang lebih baik. Pada Oktober mendatang, World Football Academy di Belanda mengadakan simposium tentang permainan bertahan.

Simposium yang akan diadakan di kota Utrecht pada 9 Oktober itu akan menampilkan pembicara-pembicara tamu asal Italia dan Portugal, dua negara yang dikenal memiliki kemampuan bertahan  baik, khususnya negara yang disebut pertama.


"Sepak bola Belanda dikenal karena gaya permainan menyerang dan para pelatih kami bisa dengan tepat mengatakan apa yang harus dilakukan dalam penguasaan bola," kata Raymond Verheijen, pendiri World Football Academy, seperti dilansir kantor berita Belanda, ANP.


"Pertanyaan pertama yang sering ditanyakan orang-orang di Belanda tentang seorang pemain bertahan adalah seberapa bagus dia bisa membangun serangan. Setelah performa terkini dari tim nasional Belanda dan klub-klub kami di Eropa, kami juga bertanya pada diri sendiri tidakkah kami harus bertahan lebih baik. Dari siapa Anda sebaiknya belajar, dari Italia atau Portugal, tempat di mana bertahan dianggap sebagai sebuah seni."


Dalam simposium tersebut pelatih asal Italia, Mauro Bertoni, akan memberikan presentasi yang menggambarkan tentang pertahanan ala Italia dan bagaimana praktek-praktek latihannya.


Sementara itu, pelatih asal Portugal, Jorge Maciel, akan memaparkan metode-metode latihan pada tahun 90-an yang dikembangkan di FC Porto yang sekarang dipraktekkan oleh Jose Mourinho, Andre Villas-Boas dan banyak pelatih terkenal lain asal Spanyol dan Portugal.


Akan tetapi, sepak bola bukan soal teori. Percuma mengadakan simposium atau apapun yang sejenis jika tidak didukung oleh pemain-pemain yang berkualitas. Jadi, buat sepak bola Indonesia mungkin lebih baik lebih dulu mengadakan simposium soal pembinaan usia muda, baru kemudian berbicara soal pertahanan atau penyerangan. Setuju?