Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
18 di Monas, Jakarta.
Insan bola basket Tanah Air punya kesempatan emas mengukur di mana kompetensi sebenarnya dari perbolabasketan Indonesia pada Kejuaraan Dunia 3x3 U18, 26-29 September. Menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia 3x3 U-18 semestinya memberikan banyak manfaat untuk melakukan mapping kompetensi.
Tim Amerika Serikat misalnya. Mereka memiliki Larry Austin, point guard cepat yang mendapatkan beasiswa dari Tennessee. Kabarnya ia diminati juga oleh Universitas Duke.
AS adalah korban salah strategi karena ada peraturan slam dunk dinilai 2 poin. Mereka mengirimkan pemain atletis, namun lambat dalam bertahan dan skill dribel big man hanya rata-rata. Akibatnya, favorit juara ini kandas di babak 16 besar dari Lituania.
"Hasil undian tim Indonesia U-16 pun tak menguntungkan. Indonesia berada satu grup dengan Argentina, Prancis, dan Lituania, yang ketiganya masuk empat besar," ungkap Agus A. Mauro, sekjen PP Perbasi. Argentina akhirnya menjadi juara setelah menang 13-7 atas Prancis. Di bagian putri, AS menjadi kampiun usai mengandaskan Estonia 21-12.
"Positifnya, kita memiliki daya saing untuk bisa tampil di level Asia dan dunia, dibandingkan bola basket konvensional," tambah Agus. Nomor 3x3 akan dieksibisikan di Olimpiade Rio.
Agar bisa bersaing dengan dengan negara lain, para pebola basket Indonesia harus membiasakan memiliki skill ball handling bagus dan akurasi tembakan. Defense mereka juga mesti memiliki dasar yang benar.
Khusus di bagian putri, skill bermain Regita Pramesti mesti berubah dengan makin mendekat ke skill pebasket pria. Sebab, di level Asia dan Dunia, gaya bermain lawan sudah mirip dengan pria.
"Saya melihat beberapa pelatih antusias datang di event itu. Semoga itu menjadi pembelajaran yang bagus dalam mempersiapkan pebola basket 3x3 di masa depan," kata Agus.
Target di Istanbul