Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Liga Pendidikan Indonesia Masih Perlu Evaluasi

By Kukuh Wahyudi - Senin, 28 Oktober 2013 | 17:54 WIB
Liga Pendidikan Indonesia, Kalimantan Timur (biru) vs Papua Bara. (Kukuh Wahyudi/Bolanews)

Gelaran babak 33 besar Liga Pendidikan Indonesia (Lipio) 2012/13 Grup G dan H di Balikpapan tak semulus yang diharapkan. Ada beberapa masalah yang muncul dalam perjalanannya.

Awalnya ialah ketika Sulawesi Utara (Sulut) ditunjuk sebagai tuan rumah Grup G dan H. Pemilihan itu dibatalkan karena Sulut tak menggelar kompetisi tingkat kecamatan hingga provinsi, sehingga pemilihan wakil untuk babak 33 besar tidak jelas.

Penyelenggara Lipio akhirnya menjatuhkan pilihan ke Kalimantan Timur untuk menggantikan Sulut. Tak hanya samapi di situ, Sulut akhirnya didiskualifikasi karena tak memenuhi syarat untuk ambil bagian dari Lipio tingkat nasional itu.

Sebenarnya tak hanya Sulut yang batal tampil, Sumatera Barat yang tergabung dalam Grup B, Sulawesi Selatan (Grup C) dan Jawa Barat (Grup D) tidak ikut berpartisipasi. Namun, dari pihak Lipio tak memikirkan sanksi untuk keempat kontestan itu.

"Bila kami memberikan sanksi, berarti kami menghambat pembinaan sepak bola. Sanksi juga bisa menjadi penghalang untuk mereka berkegiatan publik. Soal Sulawesi Utara tidak melakukan kompetisi, itu terjadi bukan karena Kesalahan perorangan, namun di kebijakan provinsi," kata Sekjen Lipio, Edhi Prasetyo.

Di Balikpapan juga ada beberapa tim yang mengeluhkan terkait kinerja wasit. Papua Barat yang paling vokal dalam melakukan protes.

Kondisi itu terjadi saat laga Kalimantan Timur kontra Papua Barat yang berakhir imbang 1-1. Kepemimpinan wasit yang yang dinilai lebih condong ke Kaltim membuat kubu Papua berang.

Lagi-lagi menyerempet ke kubu Kaltim, laga terakhir Grup G antara tuan rumah dengan Sulawesi Tengara, kinerja wasit dipertandingan itu juga dianggap perlu dievaluasi.

"Soal wasit sebenarnya kami sudah mencari solusinya. Wasit yang memimpin di Lipio kan menempel dengan tim. Artinya setiap tim wajib memngikutsertakan wasit juga. Kami tak mengambil dari kota tuan rumah untuk menjaga resiko kepemimpinan berat sebelah," lanjut Edhi.

Lipio sebenarnya juga telah menstandarkan wasit untuk menjaga kualitas kompetisi. "Minimal wasit yang bertugas adalah lisensi C2. Mereka hanya perlu menyertakan rekam jejak karirnya sebagai wasit untuk bisa dipilih memimpin Lipio," ujar Edhi.

Selanjutnya yang diperlukan hanyalah kesadaran dari perangkat pertandingan untuk ikut ambil bagian dari kemajuan sepak bola Indonesia.