Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Penyusunan Jadwal ISL Bukan Tugas Sederhana (2)

By Dominico Tri Sujatmoko - Kamis, 7 November 2013 | 13:23 WIB
Joko Driyono, CEO PT. Liga Indonesia (Fernando Randy/BOLA)

Persoalan kepentingan antara klub dan televisi juga kadang menjadi pengganggu. Pendapatan lewat tiket yang menjadi moda pencarian uang oleh klub kadang berhadapan dengan pertimbangan rating dan share iklan, yang merupakan cara televisi meraup duit, hal jamak dalam ranah sepak bola pro.  

Setelah jadwal selesai disusun dan kompetisi digulirkan, bukan berarti perubahan tidak mungkin terjadi. Beberapa hal bisa mengganggu eksekusi jadwal yang akhirnya mengakibatkan perubahan. Situasi sosial politik yang memengaruhi unsur keamanan sehingga membuat polisi enggan mengeluarkan izin menjadi salah satu hal yang sering terjadi. Ketika situasi seperti ini terjadi, penjadwalan ulang dan pemindahan lokasi pertandingan ke stadion lain pun kerap jadi solusi. Menurut Joko Driyono, alternatif solusi biasanya sudah didapatkan beberapa jam setelah pembatalan.

Selain itu, persoalan kepentingan antara klub dan televisi juga kadang menjadi pengganggu. Pendapatan lewat tiket yang menjadi moda pencarian uang oleh klub kadang berhadapan dengan pertimbangan rating dan share iklan, yang merupakan cara televisi meraup duit. Ini tentu hal jamak dalam ranah sepak bola pro.

PT Liga biasanya menempuh empat fase dalam persoalan jadwal. Yang pertama adalah drafting penyusunan versi awal jadwal. Ini merupakan tahap perencanaan yang akan dimatangkan pada langkah berikutnya dan dilakukan oleh pihak liga sendiri.

Yang selanjutnya adalah rapat dengan klub. Di sini, klub – klub dan televisi mulai terlibat. Pembahasan di fase ini tentu saja mulai dipengaruhi oleh kepentingan tiga pihak: liga, klub, dan televisi. Setelah melewati tahap rapat klub, skedul ditetapkan. Finalisasi dilakukan. Rancangan jadwal pun menjadi jadwal

Implementasi dan pelaksanaan menjadi fase terakhir. Pada tahap ini, perubahan – perubahan bisa terjadi karena banyak hal yang diuraikan di atas. Namun, toleransi perubahan hanya sebesar 2 hingga 2,5 persen. Jika jumlah jadwal pertandingan yang berubah lebih dari itu, jelas perencanaan jadwal tersebut mesti dianggap buruk.

Kondisi geografis Indonesia membuat pengaturan jadwal liga satu wilayah yang terdiri dari 18 tim jadi rumit, tidak sesederhana Premier League di Inggris atau Serie A Italia, misalnya. Luas negara ini menghadirkan tingkat kesulitan yang berbeda dengan Eropa. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang memiliki wilayah sangat besar. Menurut Kementerian Dalam Negeri 2013, area Indonesia mencapat 1.913.578,68 km persegi. Total jumlah pulau kita ada sekitar 15 ribuan. 

Jangan bandingkan dengan negara – negara Eropa. Akan sangat jomplang komparasi wilayahnya. Inggris hanya 130 ribuan km persegi dan Italia cuma 300 ribuan km persegi. Luas wilayah itu masih lebih kecil dari area Provinsi Papua: 319.036,05 km persegi!

Yang kedua adalah fakta zona waktu. Nusantara berada di tiga zona waktu. Jika sore di sini, di ujung sana bisa dibilang sudah malam. Persoalan ini tentu tidak dihadapi di negara – negara berarea kecil di Eropa.

PT Liga pun menyatakan bahwa jadwal sangat mungkin akan selalu tidak ideal. Yang mereka lakukan saat menghadapi ketidakidealan akibat beratnya medan di Indonesia adalah memastikan bahwa ketidakidealan tersebut terdistribusi secara adil dan merata dalam jadwal.

Itu jelas pekerjaan yang tidak sederhana.

 

Artikel ini ditulis oleh Achmad Lanang Sujanto dan dimuat oleh FourFourTwo Indonesia edisi Oktober 2013.

Ikuti segala perkembangan terbaru tentang sepak bola di @FFT_Indonesia.