Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Arabi menjadi pemain Granada pertama yang mencetak hattrick bagi klub di Primera Liga sejak tahun 1970-an saat El Grana mengalahkan Malaga. Perasaan seluruh suporter dibawa terbang ke langit berkat kemenangan itu, termasuk seorang anak muda bernama Migue.
Tak ada fan Granada yang tak mengenal Migue, remaja berusia 17 tahun itu. Bahkan, semua pemain dan staf klub juga mengenal betul sosok anak muda, yang juga sering terlihat di markas latihan Granada menyaksikan tim dan pemain kesayangannya berlatih, ini.
Migue selalu mendukung Granada, tak perduli tim sedang dalam keadaan buruk atau bagus. Suaranya seolah tak pernah habis untuk menyemangati tim dan bernyanyi bersama seluruh penonton. Dia tertawa ketika El Grana meraih hasil bagus dan hatinya ikut pedih saat tim kalah.
Yang istimewa dari Migue adalah bahwa ia tak seperti orang "normal" lainnya. Migue seorang penyandang tunanetra. Ya, ia buta sejak lahir.
Hanya, Migue tak membiarkan kebutaan menghalanginya menikmati hidup atau membatasi aktivitasnya. Seperti dilansir Inside Spanish Football, Migue menggeluti olahraga ski, panjat tebing, berlari, juga bersepeda.
Migue juga pernah melakukan terjun payung beberapa bulan silam. Ia melompat dengan parasut dari ketinggian 3.500 meter. "Justru kuncinya adalah karena saya tak bisa melihat tanah," katanya bercanda saat ada yang bertanya apakah ia merasa takut atau tidak ketika melakukan terjun payung.
Dari semua kegiatan itu, yang paling disukainya adalah sepak bola dan Granada. Ia tak pernah melewatkan satupun pertandingan tim kesayangannya di Nuevo Los Carmenes dengan ditemani kakak laki-lakinya, Pepe, yang menjadi "mata" buat Migue dan menceritakan semua kejadian di lapangan. "Kebutaannya tak pernah menjadi penghalang," kata Pepe bangga.
Dan hari Jumat pekan lalu itu, Migue meninggalkan Nuevos Los Carmenes dengan senyum lebar di wajahnya. Granada menang 3-1 dalam derby kontra Malaga dengan tiga gol tuan rumah dicetak oleh pemain idolanya.
Selepas pertandingan tersebut, El-Arabi sendiri langsung berjalan menuju tribun Malayerba di salah satu sudut stadion. Bola pertandingan, yang diberikan kepadanya sebagai penghargaan bagi pencetak hattrick, dibawa di tangan kirinya. Hanya satu hal yang ada di benak El-Arabi, yakni merayakan trigol tersebut dengan salah satu fan terbesarnya: Migue. Pelukan erat dan perbincangan akrab terjadi di antara keduanya.
Kisah Migue tak cuma hidup di antara pemain, fan, dan orang-orang di Granada, tetapi sudah menjadi pembicaraan nasional. Stasiun televisi Canal+ membuat feature khusus dalam acara bertajuk El Dia Despues pada awal pekan ini, yang bercerita tentang semangat hidup dan kecintaan Migue terhadap sepak bola.
Judul segmen itu diambil dari kalimat dan moto hidup Migue sendiri: "Kebutaan membuat saya tak bisa melihat, tapi mampu merasakan."
<object width="425" height="350" data="https://www.youtube.com/v/Y_B7glH9xSY" type="application/x-shockwave-flash"> </object>