Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Johan Arga Pramudya tak menyangka kedatangannya ke Stadion Manahan menyaksikan timnya, PSIM, berlaga melawan tuan rumah Persis Solo membuat dia menjadi sasaran pengeroyokan oknum suporter. Saat itu, Johan absen membela PSIM karena cedera lutut yang dideritanya.
“Cedera itu saya alami saat melawan Persewangi di Banyuwangi. Saya ditekel kiper. Tapi bukan tekel itu yang membuat cedera tapi saat jatuh, lutut saya berbenturan langsung dengan lapangan. Kondisi lapangan yang keras membuat lutut cedera,” kata Johan.
Cedera itu tak parah meski membuat dia harus beristirahat selama beberapa pekan. Saat PSIM menghadapi Persis pada 27 April lalu, proses pemulihannya sudah 70 persen sehingga dia sudah bisa ikut latihan. Namun, striker berusia 23 ini baru bisa melakukan latihan ringan.
Di Manahan, Johan dan rekannya di tim, Dimas Priyambodo, memilih duduk di tribun media. Tiba-tiba, mereka dikepung sejumlah oknum yang memakai merah-merah.
“Saya ditanya KTP. Saya kemudian menjawab tidak membawa KTP. Langsung saya dan Dimas dipukuli. Saya berusaha lari. Tapi karena lutut belum pulih, saya terjatuh dan diinjak-injak,” ujarnya.
Menjadi korban pengeroyokan massa (kormas), cedera Johan pun bertambah parah. Dokter menyatakan dia harus beristirahat selama enam pekan. Ini berarti, dia harus absen sampai akhir musim 2013.
“Setelah enam pekan ternyata lutut tak kunjung membaik. Dari hasil pemindaian, ternyata ada yang sobek pada anterior cruciate ligament (ACL) sehingga harus dioperasi. Padahal, itu bagian utama dari lutut. Bagian ACL sobek karena lutut terbentur lantai dengan keras saat terinjak-injak,” ungkap Johan yang setiap malam atau cuaca dingin harus menahan sakit karena lututnya terasa nyeri sekali.
Insiden itu membuat Johan kecewa. Namun dia tidak ingin larut dalam kesedihan. Johan pun berbesar hati memaafkan oknum pelaku pengeroyokan. Mantan karyawan PT Kereta Api ini hanya berharap segera menjalani operasi di Jakarta.
“Akan lebih baik bila saya memaafkan mereka. Kejadian itu juga membuat saya kehilangan ponsel. Tapi biarlah, saya merelakan,” jawabnya.
Hanya biaya yang mencapai Rp60-70 juta memaksa dia menunda operasi. Angka itu cukup besar bagi keluarganya yang hidup sederhana. Mantan rekan satu tim pun tergerak membantu dengan melakukan lelang jersey.
Suporter pun ikut membantu Johan. Mereka membuat hastag #saveJohanArga di jejaring sosial yang membantu melelang jersey dan menjual kaos. Dari lelang itu, dana yang terkumpul sudah Rp6 juta. Jelas dana itu masih jauh dari cukup.
“Saya berterima kasih kepada semua yang membantu. Hampir semua rekan di PSIM memberikan jersey untuk dilelang. Yang membeli rata-rata suporter dan simpatisan. Suporter juga berniat membuat kaos untuk menambah biaya operasi. Rencananya ada lima aksi, termasuk turun ke jalan,” ungkapnya.
Orangtua merencanakan menjual rumah di pinggir jalan Wates—Yogyakarta yang harganya Rp200 juta untuk biaya operasi. Sambil menunggu rumah laku, Johan dan keluarganya pindah ke rumah saudara yang lebih sederhana.
“Semoga rumah cepat laku sehingga saya bisa operasi. Setiap malam atau musim hujan seperti ini, lutut nyeri sekali. Saya juga tak bisa berlama-lama kalau diajak jalan. Tapi bukan itu yang saya pikirkan. Saya hanya ingin bermain kembali. Bila segera operasi, saya berharap sudah bisa bermain di putaran kedua kompetisi,” ungkapnya.
Data Diri:
Nama Lengkap: Johan Arga Priyambodo
Tempat, Tanggal Lahir: Sleman, 20 Januari 1990
Tinggi: 166 cm
Berat: 60 kg
Ayah: Suwarjiono
Ibu: Tukirah
Anak ke: pertama dari dua bersaudara
Posisi: depan
Klub: PSIM