Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Emas kedua SEA Games berhasil direbut timnas Indonesia setelah membungkam Thailand lewat drama adu penalti. Kepulangan timnas Indonesia ke Tanah Air disambut bagaikan pahlawan. PSSI juga tak kuasa menahan rasa bahagia sehingga memberi setiap punggawa timnas gaji seumur hidup.
Manisnya emas kedua kembali dirasakan masyarakat Indonesia pada SEA Games 1991, Manila, Filipina. Sebelumnya, Indonesia menggondol emas perdananya pada SEA Games 1987 dan hanya mampu membawa pulang perunggu di SEA Games 1989.
Perjuangan keras anak asuh Anatoli Polosin menuju puncak dirasa tak mudah. Latihan keras gaya Eropa Timur sempat mengalami kecaman karena hasilnya tidak sukses dalam partai uji coba dan keikutsertaan di Presiden Cup, Seoul, Korea Selatan. Dalam beberapa pertandingan itu, timnas harus menelan 17 kebobolan dan hanya satu memasukkan.
Kegagalan dalam beberapa rangkaian uji coba tak diambil pusing. Timnas tetap melangkah dengan penuh keyakinan ke Manila. Pada fase grup, di pertandingan pertama Indonesia melumat Malaysia, 2-0. Dua hari berselang, Vietnam dicukur 0-1.
Partai terakhir grup melawan tuan rumah Filipina, Polosin mengistirahatkan beberapa pemain inti dan menurunkan lebih banyak pemain lapis kedua. Sempat tertinggal 0-1 di babak pertama, Indonesia bangkit dengan membalikkan keadaan menjadi 2-1.
Lolos ke semifinal, Indonesia membenamkan impian Singapura ke final lewat kemenangan adu penalti 4-2, setelah sebelumnya bermain 0-0 sepanjang 120 menit. Thailand sudah menunggu Indonesia di partai puncak.
Kedua tim bermain imbang dengan skor kacamata sampai penghujung 120 menit. Lagi, nasib Indonesia kembali ditentukan lewat adu peruntungan tendangan 12 pas.
Penalti pun penuh dengan drama. Adu tos-tosan harus dilanjutkan hingga pemain keenam ketika sebelumnya skor sama kuat 3-3 sampai penendang kelima. Eddy Harto, kipper timnas Indonesia, mampu menuntaskan pertarungan satu lawan satunya setelah menepis penendang keenam Thailand. Sudirman yang mengambil eksekusi penentuan berhasil menjalankan tugasnya.
Gol Sudirman disambut gembira para pecinta sepak bola Indonesia. Polosin sontak menjadi idola. Timnas disambut bagaikan pahlawan setibanya di Tanah Air. Kerja keras latihan fisik tak sia-sia. Berani menendang beberapa pemain bintang dan mengedepankan kekompakan tim menjadi kelebihan Polosin.
Gaji Seumur Hidup
PSSI kala itu tak kuasa menahan rasa gembira. Seakan kesurupan, para pemain dibanjiri bonus 5 juta rupiah per kepala dan gaji bulanan 100 ribu rupiah seumur hidup. Saat itu, angka tersebut sudah sangat besar bagi pemain sepak bola yang hanya menerima gaji sekitar 400-500 ribu rupiah per bulan di Galatama.
“Sampai sekarang saya masih dapat 100 ribu ke nomer rekening saya,” kenang Kas Hartadi, pemain timnas SEA Games 1991.