Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Selain Indonesia, Malaysia juga kompak menolak menjadi penyelenggara turnamen major Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) periode 2020-2025.
Tiga negara tersebut memiliki alasan masing-masing soal tidak ikut serta dalam hajatan besar BWF seperti Kejuaraan Dunia, Piala Thomas, Piala Uber, dan Piala Sudirman.
Jika Indonesia merasa tidak setuju dengan sistem bagi hasil yang diterapkan BWF maka Malaysia menolak karena merasa belum memiliki amunisi pemain yang cukup kuat.
"Setiap kali menjadi tuan rumah turnamen bergengsi, kami ingin pemain kami bermain bagus," ujar presiden Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM), Datuk Seri Norza Zakaria, dikutip Juara.net dari The Star.
"Mungkin dalam beberapa tahun ke depan setelah membangun tim yang kuat kami akan mengajukan diri sebagai tuan rumah lagi," ujarnya.
Pernyataan Datuk Seri ini cukup beralasan mengingat memori pahit saat Malaysia terakhir kali menjadi tuan rumah ajang bergengsi Piala Sudirman 2013.
Saat itu, tim campuran Malaysia kalah di fase grup setelah kalah dari Jerman pada babak penentuan.
Selain soal skuat yang masih hijau, diam-diam BAM juga sependapat dengan Indonesia mengenai sistem bagi hasil yang tidak menguntungkan.
Baca Juga:
BWF menawarkan kerja sama 80-20 yang mana tuan rumah hanya mendapatkan 20 persen pembagian komersial sehingga kendali penuh iklan berada di tangan federasi.
"Kami sedang mengencangkan ikat pinggang dan sangat ketat perihal finansial. Kami tidak ingin mengadakan turnamen yang tidak menguntungkan untuk kami secara finansial," kata Datuk Seri menegaskan.
Dengan mundurnya Malaysia dan Indonesia tercatat ada 11 negara yang mengikuti bidding ajang major BWF yaitu Korea Selatan, Jepang, Thailand, Rusia, Amerika Serikat, India, Denmark, Spanyol, Prancis, Selandia Baru, dan China.