Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Eko Yuli Irawan lagi-lagi berhasil mengharumkan nama Indonesia melalui raihan tiga medali emas Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2018 di Ashgabat, Turkmenistan.
Dengan torehan itu, Eko mengaku masih haus akan prestasi. Ia siap untuk terus berkarier lebih lama lagi demi mencapai prestasi bergengsi lainnya.
Akan tetapi, Eko tersadar bahwa usianya tak muda lagi. Pria kelahiran Lampung tersebut sudah menginjak angka 29 tahun.
Eko pun merasa bahwa regenerasi angkat besi di Indonesia perlu digencarkan agar kelak muncuk sosok lifter lebih muda yang bisa meneruskan tongkat estafet kesuksesannya.
"Saya pastinya masih akan main terus. Namun, saya juga ingin lifter yang junior termotivasi," ujar Eko saat ditemui di bandar udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (7/11/2018) malam.
"Jangan sampai yang junior atau pelapis bisa naik level cuma karena atlet tuanya pensiun. Kalau bisa, lifter junior bisa naik level karena mengalahkan juaranya," tutur dia.
Wakil Ketua PB PABBSI Djoko Pramono juga melontarkan hal serupa kepada para awak media.
Purnawirawan TNI Angkatan Laut itu mengharapkan Eko bukan satu-satunya lifter Indonesia yang bisa memberikan kejutan di kancah dunia.
Di sisi lain, Dirdja Wihardja selaku pelatih mengaku bahwa PB PABBSI sudah menyiapkan lifter muda yang diproyeksikan jadi penerus Eko.
"Kita tunggu saja 2-3 tahun lagi. Saya sudah punya satu nama yang kira-kira bisa dijadikan pelapis bagi Eko Yuli," tutur Dirdja seraya tersenyum.
Eko bukan satu-satunya lifter yang dikirim Pengurus Besar Persatuan Angkat Berat, Binaraga, dan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABBSI) ke kejuaraan dunia.
Untuk ajang angkat besi kelas wahid tersebut, PB PABBSI mengirimkan 11 lifter.
Eko berhasil menjadi juara setelah mencatatkan total angkatan 317 kilogram (snatch 143 kilogram, clean and jerk 174 kilogram).
Sang atlet meraih tiga medali emas karena meraih total angkatan tertinggi, sekaligus menciptakan rekor untuk angkatan snatch serta clean and jerk.