Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kisah Menarik Volunteer Asian Games 2018

By Delia Mustikasari - Sabtu, 1 September 2018 | 23:34 WIB
Salah satu volunteer yang bertugas di Palembang pada Asian Games 2018, Masagus Mansyur Firdaus. (DELIA MUSTIKASARI/BOLASPORT.COM)

Penampilannya memang sama seperti volunteer Asian Games 2018 lain yang bertugas di Jakabaring Sport City, Palembang. 

Akan tetapi, setiap menyaksikan atlet Indonesia berlaga di Asian Games 2018 dia tampak paling bersemangat.

Tak jarang dia ikut berteriak ketika melihat wakil Indonesia mencetak poin saat bertanding di televisi atau pertandingan yang dia saksikan secara langsung memastikan medali emas.

"Saya ekspresif karena suka olahraga. Jadi, saat pemain Indonesia turun timbul rasa nasionalisme. Saya excited dukung negara sendiri untuk melawan negara kuat seperti China dan Jepang," kata salah satu volunteer, Masagus Mansyur Firdaus kepada BolaSport.com

"Yang pasti, reaksi itu timbul dari diri saya sendiri," ujar Daus, sapaan akrabnya.

Ketertarikan Daus menjadi volunteer pada Asian Games berawal dari profesinya yang pernah menjadi penyiar di salah satu radio di Palembang.

Saat itu, dia  mendengar kabar Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games dan membutuhkan 2.000 volunteer di Palembang dari kakak kelas salah satu organisasi di kampus.

"Awalnya, menganggap tidak mungkin karena saya pikir harus menggunakan bahasa inggris yang baik dan benar karena bahasa inggris saya masih pasif," ucap Daus.

"Tetapi, ya iseng-iseng saja untuk mendaftar, tidak terlalu barharap karena saingannya susah. Berhubung saya pernah jadi penyiar, saya mengambil broadcast," kata mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang itu.

(Baca juga: Sepatu Roda Asian Games 2018 - Tak Mampu Terapkan Strategi, M Oky Finis Ke-7)

Daus menjelaskan salah satu syarat utama mendaftar sebagai volunteer adalah Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).

"Kalau SKCK sudah jelek, sudah pernah kena black list itu sudah tidak memenuhi syarat dan umur minimal 18-29 tahun," ujar Daus.

Pendaftaran dilakukan via online yang meliputi seleksi berkas, biodata, hingga alasan mengikuti Asian Games.


Seorang volunteer berbicara kepada tamu yang ingin naik ke shuttle bus usai Opening Ceremony Asian Games 2018 di Stadion Utama GBK, Jakarta, pada Sabtu (18/8/2018).(FIRZIE A. IDRIS/BOLASPORT.COM)

Setelah menunggu pengumuman sekitar sebulan, Daus dan volunteer lainnya menjalani tes pada Mei lalu dan mengikuti training, lalu masuk ke divisi masing-masing dan bekerja.

Daus sendiri terpilih sebagai volunteer broadcast yang mendampingi media Inasgoc meliput pertandingan ke berbagai venue di Jakabaring Sport City, Palembang.

Selama menjalani aktivitas sebagai volunteer, Daus mengaku mendapat banyak pengalaman baru, khususnya di bidang broadcast.

(Baca juga: Asian Games 2018 - Menpora Berharap Raihan Medali Jadi Momentum Kebangkitan Olahraga Nasional Menuju Olimpiade 2020)

"Misalnya, bagaimana cara mengambil angle sebuah video, bagaimana sistem sebalum gambar di upload ke website. Kami diajarkan bagaimana cara mewawancarai para atlet untuk memotivasi dia saat kalah atau menang," tutur mahasiswa semester 7 ini.

"Saya juga senang bertemu teman-teman baru dan kakak mentor yang sudah berpengalaman serta  ikhlas membagi ilmu kepada kami. Saya juga senang bisa bertemu atlet yang biasanya saya cuma bisa lihat di TV, bisa berfoto, hingga banyak berkomunikasi dengan media asing," kata Daus.

Salah satu atlet yang bisa dia temui langsung adalah skateboarder putra Indonesia, Sanggoe Darma Tajung.

Biasanya, Daus menyaksikan aksi Sanggoe melalui Youtube.

Menurut Daus, hal tersebut tidak bisa dia dapatkan kalau tidak menjadi volunteer.

"Dukanya waktu bersama keluarga jadi berkurang. Biasanya karena saya anak kedua, saya menemani kakak saya selama libur saat menjalani tugas sebagai Co Assisten (Co Ass atau dokter muda)," ucap Daus.

"Sedikit sedih, tetapi ya tidak apa-apa karena kami kerja juga untuk menambah pengalaman," ujar Daus.

(Baca juga: Asian Games 2018 - Menpora Akan Cairkan Bonus bagi Peraih Medali Pekan Depan Tanpa Pajak)

Dengan menjadi volunteer, Daus juga harus rela berangkat pagi dan pulang larut malam.

"Terkadang tidak tega melihat orangtua sampai menunggu saya pulang. Biasanya saya mencuci baju sendiri. Tetapi, selama jadi volunteer orangtua saya yang mencucikan baju supaya saya tidak drop. Rasanya saya jadi tidak enak sendiri," kata Daus.

"Setelah jadi volunteer, orangtua saya tetap protektif. Meskipun saya anak laki-laki, tetap harus bertanggung jawab."

Setelah Asian Games, tugas baru menanti mahasiswa jurusan Ekonomi Syariah ini. Dia akan menjadi volunteer pada Asian Para Games (APG) yang digelar pada Oktober mendatang.

"Bisa turun di Asian Para Games, senang dan kaget. Saya cuma bismillah saja untuk mendaftar karena ingin mendapat pengalaman jadi volunteer lebih lagi," tuturnya.

"Spesialnya, APG itu untuk disabilitas. Perlakuannya beda lagi dan pasti ada kisah inspiratif yang didapat. Pastinya pas tahu lolos lagi, saya senang dan bahagia karena ada beberapa teman yang tidak lolos," kata Daus.

Rencananya, Daus akan bertolak ke Jakarta pada pekan ketiga September. Tiket pesawat Palembang-Jakarta berasal dari dana pribadi.

Baru setelah APG, dia akan menginap di wisma atlet, Kemayoran, Jakarta

"Saya melihat Indonesia membuat gebrakan dengan menjadi salah satu tuan rumah Asia Games. Seperti kita tahu kehidupan perekonomian saat ini sedang kacau dan politik memanas, tetapi bisa menyatukan bangsa dan beberapa kekacauan yang ada," tutur Daus.

Menurut Daus, Asian Games 2018 menyajikan hiburan tersendiri bagi masyarakat pada umumnya dan meningkatkan perekonomian daerah.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P