Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tim bulu tangkis Indonesia harus pulang tanpa gelar pada ajang Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2018 yang diselenggarakan di Nanjing, China, 30 Juli-5 Agustus. Hasil tersebut memupus rentetan prestasi Indonesia yang selalu sukses raih satu gelar sejak 2015.
Khususnya di tunggal putra, performa Anthony Sinisuka Ginting dkk. kian surut. Saat di Nanjing, tiga wakil tunggal putra Indonesia pulang lebih cepat. Anthony dan Tommy Sugiarto kalah di babak ketiga, sedangkan Jonatan Christie tersingkir di babak kedua.
Hal ini menyita perhatian legenda bulu tangkis Indonesia, Christian Hadinata. Peraih tujuh kali juara All England ini memberikan saran kepada pelatih bulu tangkis Indonesia agar berani memberikan reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) kepada pemain.
penghargaan bisa diberikan pelatih kepada pemain yang mampu meraih target apa yang diinginkan pelatih.
Sebaliknya, Chris menyarankan agar pelatih berani memberikan hukuman kepada pebulu tangkis jika terus tampil di bawah ekspetasi.
“Pelatih mengirim pemain ke 10 turnamen, jika hasilnya tak maksimal, pelatih harus berani mengurangi jatah turnamen atlet tersebut,” ujar Chris kepada JUARA.net.
Jika pemain tersebut dikurangi jatah turnamennya, pelatih menjadi punya waktu lebih banyak untuk melatih secara intens.
Chris menambahkan pelatih harus berani menurunkan grade sang pemain yang belum mampu menjaga level permainannya.
"Ketika diturunkan levelnya, peran pelatih sangat dibutuhkan untuk menjaga mental pemain. Karena ketika turun level pemain juga harus juara terlebih dahulu agar bisa kembali ke level tertinggi," tutur Chris.
Melakukan evaluasi serta koreksi di setiap latihan dan pasca kejuaraan juga harus dilakukan seluruh pelatih agar pebulu tangkis Indonesia bisa terus bersaing dengan pemain elite dunia lainnya.