Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2018 Di Nanjing, China, memang telah usai pada Minggu, (5/8/2018). Indonesia tanpa wakil di final. Hasil tersebut memupus rentetan Indonesia yang selalu berhasil meraih satu gelar setiap tahunnya sejak 2015.
Legenda bulu tangkis Indonesia, Christian Hadinata, menilai hasil di Nanjing telah melahirkan sisi positif dan negatif.
Sisi negatifnya, PB PBSI harus gigit jari, sebab target satu gelar yang dicanangkan tidak tercapai.
"Target satu gelar di kejuaraan dunia meleset. Hal ini tentu menganggu konsentrasi pemain yang akan bertanding di AG," ujar peraih emas di Asian Games 1982 New Delhi, bersama Icuk Sugiarto.
Meski begitu, Chris, sapaan akrabnya, melihat masih ada sisi positif yang harus bisa dipetik Anthony Sinisuka Ginting dkk.
Pressure tinggi akan didapatkan para pemenang di kejuaraan dunia yang berasal dari Asia, seperti Kento Momota (tunggal putra) atau Li Junhui/Liu Yuchen (ganda putra). Pasalnya, mereka akan kembali dipertemukan di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, 18 Agustus-2 September.
Menurut Chris, meski menang di Nanjing, para pemenang akan mendapatkan tekanan tinggi agar kembali bisa menang dari Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dkk. Sebagai mantan pemain, Chris juga pernah merasakan tekanan tinggi setelah menjadi juara.
"Pressure bagi para pemenang untuk ajang berikutnya sangat tinggi, karena mereka pasti dituntut untuk mengalahkan pesaingnya lagi di turnamen berikutnya," tutur Chris kepada JUARA.
Melihat dampak dari hasil di kejuaraan dunia, Chris menilai peran pelatih sangat penting untuk bagaimana para pemain Indonesia bisa membalikkan situasi gagal meraih gelar di Nanjing untuk terus berpikir positif untuk bisa membalas kekalahan-kekalahan dari lawan di AG.
"Motivasi positif untuk para pemain Indonesia, yaitu mereka harus bisa membalas kekalahan dari lawan-lawannya. Semua tergantung bagaimana pelatih memotivasi pemainnya," ujar Chris.