Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Ilmu Tambahan Diminta oleh Volunteer Asian Para Games 2018

By Persiana Galih - Rabu, 27 Juni 2018 | 08:32 WIB
Relawan untuk test event Asian Para Games 2018 mengikuti pengukuhan di Hotel Sahid, Jakarta, Rabu (20/6/2018). (INAPGOC)

 Sungguh kaget bukan kepalang. Muhammad Subhan hampir terjungkir dari kursi rodanya saat didorong seorang volunteer alias sukarelawan di Istora Senayan. 

Atlet singel putra bulu tangkis kursi roda itu menduga sang sukarelawan tak mengerti teknik mendorong kursi roda.

“Saya tidak berhak marah pada sukarelawan itu. Mungkin dia tak punya wawasan cukup untuk membantu difabel. Saya bisa memaklumi, tapi saya khawatir atlet asing nanti tidak bisa memakluminya,” kata Muhammad Subhan, Selasa (26/6) seperti dikutip Juara.net dari Bolasport.com.

Pengalaman Subhan adalah cerminan dari kurangnya penyuluhan yang dilakukan kepada para sukarelawan.

Raja Sapta Oktohari, Ketua Panitia Penyelenggara Asian Para Games (APG) 2018, Inapgoc, mengakui kelemahan para volunteer dalam memahami dunia difabilitas.

Menurutnya, memberi wawasan pada 1.100 sukarelawan bukan urusan mudah.

(Baca Juga: Dua Pekan Lagi Bersua Indonesia pada Piala AFF U-19, Timnas U-19 Vietnam Terima Kenyataan Buruk)

“Itulah mengapa kami menguji coba para sukarelawan di test event APG ini. Yang pasti, kami selalu mengadakan evaluasi secara mendalam,” ujar Okto, panggilan Raja.

Evaluasi tak hanya dilakukan setelah test event rampung. Okto menjelaskan, setiap malam Inapgoc mengevaluasi pekerjaan sukarelawan kurang lebih selama 2,5 jam (dari pukul 19.30 sampai 23.00 WIB).

“Hal-hal seperti itu pasti kami olah, kami cerna, lalu disampaikan pada masing-masing divisi yang bersangkutan,” tuturnya.

Pada 20-23 Juni 2018, ribuan sukarelawan berkumpul di Jakarta untuk menerima penyuluhan menangani atlet APG.

Selama itu, mereka belajar sesuai tugas pokoknya di masing-masing divisi.

(Baca Juga: Ditahan Imbang Persebaya, Persija Berada Setingkat di Bawah Persib di Tabel Klasemen Sementara)

Salah satu sukarelawan yang enggan disebutkan namanya, mengatakan jika penyuluhan itu belum dilakukan secara mendalam.

Baginya, waktu tiga hari sama sekali tidak cukup untuk memahami dunia difabilitas yang luas.

“Kami baru dikenalkan permukaannya saja. Jadi, mohon maklum jika memang belum mampu memahami kebutuhan atlet difabel,” ujarnya.

Menurut mahasiswa kedokteran gigi Universitas Triaskti itu, sejauh ini tidak ada informasi terkait penyuluhan lanjutan.

“Sebuah pengalaman baru bagi saya, dan saya suka menjadi sukarelawan di sini. Makanya, saya harap ada beberapa penyuluhan tambahan sampai penyelenggaraan APG pada Oktober mendatang,” kata sukarelawan asal Jakarta ini.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P