Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kisah pesepakbola Palestina yang harus akhiri karirnya sebagai pesepakbola, setelah dirinya tertembak oleh pasukan israel dalam aksi demonstrasi.
PestaAsia.com - Beberapa hari lalu sempat beredar kabar mengenai timnas Argentina yang akan melawat ke Israel dan melakukan pertandingan persahabatan dengan Timas Israel.
Pertandingan tersebut kabarnya digelar di Stadion Teddy Yerusalem pada 9 Juni, yang dibangun di atas tanah yang dulunya merupakan desa Palestina yang dihancurkan pada 1948.
Namun, sebuah desakan diluncurkan oleh publik Palestina, yang menentang digelarnya pertandingan tersebut, karena mereka manganggap pertandingan itu manfaatkan untuk kepentingan politik Israel.
Akibatnya, berbagai kecaman muncul hingga ancaman akan membakar jersey dan poster Leonel Messi jika pertandingan tersebut jadi digelar.
Akibat desakan yang dilayangkan tersebut pertandingan itu akhirnya ditangguhkan di tengah eskalasi kekerasan, ancaman dan kritik yang diarahkan pada kapten Argentina Lionel Messi.
Bulan lalu, gerakan Boycott Divestment and Sanctions (BDS) juga meluncurkan kampanye yang mendesak Argentina untuk mundur dari pertandingan itu.
"Tidak ada yang 'ramah' tentang pendudukan militer dan apartheid," kata gerakan itu, yang menyerukan diakhirinya pendudukan Palestina, dan hak untuk kembalinya para pengungsi Palestina, dan persamaan hak bagi warga Palestina atas Israel.
"Jangan bermain di Israel sampai hak asasi manusia Palestina dihormati." tambahnya.
BDS mengkritik pertemuan itu sebagai kepentingan politik, dan menuduh para pejabat Israel menggunakannya untuk menutupi serangan terhadap warga Palestina di dalam dan di luar lapangan.
Sebagai bagian dari kampanye, atas nama Mohammed Khalil, seorang pesepakbola Palestina, mengirimkan pesan pada Lionel Messi, kapten timnas sekaligus pemain yang dicintai Argentina.
"Saya memanggil tim Argentina dan terutama kapten Lionel Messi, karena dia sangat populer di Palestina, bahkan di Jalur Gaza untuk berdiri dalam solidaritas dengan Palestina dan memboikot pertandingan yang dijadwalkan dengan Israel, yang menduduki tanah kami," Khalil berkata.
Namun sayang Khalil terluka setelah ia ditembak oleh sniper Israel pada 30 Maret, dalam aksi protes yang digelar warga Palestina yang berdemonstrasi di timur Gaza, menuntut hak mereka untuk kembali.
Dia ditembak di kedua kakinya, dan salah satu bagian lututnya harus dilepas, hal itu menyebabkan Khalil harus mengakhiri karir sepakbolanya.
Awal pekan ini, kepala Asosiasi Sepakbola Palestina (PFA) Jibril Rajoub mengecam pertandingan tersebut jika nekat digelar.
"Pemerintah Israel berusaha memberi arti politik dengan memaksanya diadakan pertandingan itu di Yerusalem," kata Rajoub.
Duta besar Palestina di Argentina, Husni Abdel Wahed, juga telah menyatakan penentangannya seperti disebutkan.
Ia mengatakan bahwa pertandingan itu adalah bagian dari perayaan ulang tahun ke 70 Israel sejak didirikan pada tahun 1948, setelah ratusan ribu orang Palestina dipaksa mengungsi dari desa-desa dan tanah mereka oleh paramiliter Zionis.
"Bagi kami tidak dapat menahan permainan ini di Yerusalem karena ini adalah wilayah pendudukan, dan itu menyakitkan untuk melihat bahwa tim, yang memiliki cinta dan dukungan dari begitu banyak warga Palestina dan warga Arab, mendukung pelanggaran hukum internasional," Katanya melalui Al Jazeera. (Afif Khoirul M)