Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Legenda bulu tangkis nasional, Icuk Sugiarto, menyebut fisik yang kurang menunjang sebagai salah satu faktor kegagalan para pemain Indonesia dalam meraih Piala Thomas dan Piala Uber.
Pendapat itu disampaikan oleh Icuk pada sela acara buka puasa bersama di Rumah Dinas Menteri Pemuda dan Olahraga, di kawasan Widya Chandra, Jakarta, Senin (28/5/2018).
(Baca juga: Legenda Bulu Tangkis Ini Kecewa dengan Performa Para Pemain Malaysia pada Piala Thomas 2018)
"Saya melihat secara teknis melalui televisi, di situ terlihat performa pemain dalam hal kemampuan fisik kurang menunjang," kata Icuk Sugiarto kepada para awak media.
"Alhasil, kalau pebulu tangkis Indonesia diajak bermain rubber, fisiknya kurang menunjang," ujar ayah dari pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Tommy Sugiarto, tersebut.
Icuk yang pernah mengantarkan Indonesia meraih Piala Thomas 1984 di Kuala Lumpur, Malaysia menyatakan bahwa faktor fisik yang tak menunjang bisa berdampak kepada mental.
Oleh karena itu, Icuk Sugiarto berharap para pelatih nasional bisa memaksimalkan waktu yang tersisa menjelang Asian Games 2018 untuk menggenjot aspek fisik.
"Itulah hasil terbaik yang mereka capai. Kita harus akui bahwa lawan sangat kuat, tetapi secara teknis adik-adik kita harusnya bisa tampil lebih dari itu," ujar Icuk.
"Saya lebih banyak melihat kesiapan saja yang belum maksimal," tutur dia menambahkan.
(Baca juga: Ini Permintaan Presiden Amerika kepada Deontay Wilder jika Pertarungan Lawan Anthony Joshua Benar Terjadi)
Pada Piala Thomas 2018, tim putra Indonesia hanya sanggup meraih medali perunggu setelah dikalahkan China 1-3 saat babak semifinal.
Sementara itu, tim putri gagal meraih medali lantaran disingkirkan tuan rumah Thailand pada babak 8 besar (perempat final) Piala Uber 2018.
Indonesia kali terakhir meraih Piala Thomas pada 2002. Saat itu, skuat Merah Putih dihuni oleh pemain-pemain seperti Hendrawan (tunggal), Candra Wijaya/Sigit Budiarto (ganda), dan Taufik Hidayat (tunggal).
Adapun untuk Piala Uber, Indonesia terakhir meraihnya pada tahun 1996 berkat kontribusi Susi Susanti (tunggal), Mia Audina (tunggal), Finarsih/Lili Tampi (ganda), dan Meluawati (tunggal).