Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sebanyak enam atlet berkuda telah memastikan diri untuk tampil di Asian Games 2018. Mereka berasal dari kategori eventing dan trilomba.
Keenamnya adalah Riko Febriyanto Ganda (Balaturangga), Alvaro Menayang (Elang 45), Jojo Jonathan (Emporium Horse Club), Steven Menayang (Elang 45), Albert Pelealu (JB Stable-Universitas Budi Luhur), dan Jamhur Hatta (Balaturangga).
Mereka dinyatakan berhak tampil di kompetisi eventing Asian Games XVIII/2018 tersebut dalam pengertian sudah memenuhi kualifikasi untuk terpilih dalam tim nasional berkuda Indonesia.
Mereka hanya tinggal mempertahankan perolehan perhitungan nilainya dari tiga seri babak kualifikasi eventing Asian Games 2018 ini, yang menerapkan sistem MER, Minimum Eligibility Requirement atau Persyaratan Kelayakan Minimum).
Seri kedua babak kualifikasi eventing Asian Games 2018 yang digelar 27-29 April lalu di APM Equestrian Centre, Tigaraksa, Tangerang, untuk pertama kalinya menerapkan sistem MER. Demikian juga untuk seri ketiga babak kualifikasi, 12-13 Mei di Arthayasa Stable, dan seri keempat atau terakhir pada 8-10 Juni di APM Equestrian Centre.
(Baca Juga: Alami Hal Mengerikan, Gelandang Klub Liga Belanda Beri Kode Main di Indonesia Musim Depan, Bali United?)
Jufri Mardi, dari Satuan Kerja (Satker) Berkuda Asian Games PP Pordasi menerangkan persyaratan lolos MER untuk event CCI 1* atau Eventing 1* tersebut. Yakni, untuk dressage minimal 55% (45 penalti). Cross-Country, clear round, dan waktu tidak boleh melewati 75 detik dari optimum time. Untuk Jumping, maksimal 16 penalti.
"Kombinasi atlet dan kuda yang lolos MER telah memenuhi syarat untuk dapat tampil di event-event internasional termasuk Asian Games. Namun untuk menentukan empat atlet terbaik yang akan mewakili Timnas Berkuda Indonesia masih harus ditentukan setelah proses kualifikasi berakhir," papar Jufri Mardi, Rabu (2/5/2018) seperti dikutip Juara.net dari Tribunnews.com.
"Jadi kami yang berenam itu tinggal mempertahankan apa yang sudah kami capai, tentu targetnya bagaimana mempertahankannya," ungkap Albert Pelealu, salah satu rider senior yang belakangan lebih memfokuskan diri ke eventing.
Abe, sapaan akrab dari putra legenda berkuda ketangkasan nasional Nico Pelealu itu, menempati urutan kelima di seri kedua babak kualifikasi Eventing Asian Games 2018 ini.
"Yang penting sekarang ini saya sudah aman, dapat MER. Tinggal bagaimana mempertahankan atau meningkatkannya di dua seri terakhir," kata Abe, rider andalan JB Stable-Universitas Budi Luhur itu.
Abe merasa 'plong' bisa memperoleh MER pada keikutsertaannya yang pertama kali di babak kualifikasi ini, apalagi dia menunggang warmblood baru, Head For Heights. Abe tak ikut kualifikasi seri pertama, 9-11 Maret di Arthayasa Stable. Disamping karena belum menerapkan sistem MER, kudanya juga baru tiba di tanah air.
Head For Heights, warmblood asal Belanda berusia 13 tahun, baru dijajal Abe sejak awal Maret. Head For Heights lebih pengalaman, lebih matang, dibanding tunggangannya sebelumnya, Tyra, yang sudah 'berpulang' tahun lalu di usia 10 tahun.
"Head For Heights memang kuda spesialis eventing, beda dengan Tyra. Kalau Tyra agresif, attack, Head ini lebih tenang, kalem," Abe menuturkan.
Mungkin karena sudah matang dan memang spesialis eventing, Abe tak kesulitan untuk menaklukan Head For Heights, di mana dalam rentang waktu sekitar dua bulan dia dan kuda kelahiran Belanda itu sudah bersinergi.
(Baca Juga: Dipanggil Timnas Indonesia, Ini Jawaban Beto Goncalves)
Abe sudah kepincut dengan Head For Heights saat melihatnya tahun lalu bersama pemilik JB Stable-Universitas Budi Luhur, Kasih Hanggoro.
"Pak Aang tentu saja senang, apalagi kemarin dia ikut nonton di APM Equestrian Centre," cerita Abe.
Aang adalah nama panggilan dari Kasih Hanggoro. Pendiri UBL Stable itu juga bangga karena, disamping pencapaian Abe di kualifikasi eventing, rider muda Marco Momuat tampil mengesankan di kualifikasi jumping yang mengomentisikan kelas 140 cm.
Marco Momuat yang menunggangi kuda Charlie pada kualifikasi kedua itu berada di urutan ketiga, setelah Raymen Kaunang (Pegasus/Conquistador) dan Yanyan Hadiansyah