Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
ONLINE.COM - Angkasa, satu kata yang nggak bisa dibatasi dengan sebuah imajinasi. Buat remaja biasa, nggak banyak yang bisa dilakukan selain terbang datar di udara.
Namun buat yang kepincut olahraga dirgantara, angkasa adalah tempat mereka buat berekspresi, tempat di mana mereka melukiskan imajinasi mereka. Aeromodelling, paragliding, dan paramotor jadi jenis olahraga yang kini tengah digandrungi.
Kebanyakan dari mereka punya obsesi buat terbang bahkan sejak usia dini. Yang disayangkan hanyalah, olahraga ini termasuk yang membutuhkan bujet besar.
Buat mendapatkan pendidikan dasar terbang selama enam bulan, dana sebesar Rp10 juta harus dikeluarkan. Tapi wajar lah, karena teknis merupakan hal krusial yang harus dikuasai setiap pelakon aerosports.
Resiko besar termasuk kematian nggak jadi halangan buat mereka. Apalagi, kini sudah banyak sekolah-sekolah penerbangan yang cukup memberikan ilmu baik teknis maupun non teknis saat mengudara.
Nggak Cuma bisa mengukur kadar nyali mereka, jenis olahraga tersebut disinyalir mampu menghilangkan stress paska ujian. Beneran?
Setidaknya ini yang ditegaskan oleh pilot termuda di Indonesia, Faisal Aksa. "Jujur, gue terbang dari Jogja ke Cibubur empat jam solo. Handicap gue cuma bokap yang nemenin terbang pakai trike. Beban pikiran gue hilang begitu saja," ucapnya.
Tergabung dalam Jogja Flying Club, cowok yang baru selesai menjalani Ujian Nasional (UN) menilai dunia aerosport punya potensi buat tampil menggebrak. "Cuma kurang diekspos aja sih. Tapi kayaknya, tinggal menghitung hari aja sih. Soalnya, anak-anak muda sekarang menurut aku sudah gemar terbang," jelas Aksa.
Selain itu, aerosports juga menawarkan masa depan yang cukup cerah. Ini yang dirasakan oleh Saji yang masih bersekolah di SMK 29 Jakarta.
"Gue nggak mau jadi pilot. Tapi jadi buat jadi teknisi sudah lebih dari cukup kok. Masalahnya, aeromodelling lagi muncul juga. Jadi gue pilih dua-duanya," ujarnya sambil galau.