Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dalam olahraga berkuda, pemilihan kuda terbaik juga turut menjadi faktor penentu pencapaian prestasi.
Pada ketangkasan berkuda, secara umum dikenal dua jenis kuda.
Kuda thoroughbred asal Inggris sebagai kuda pacu, sedangkan silangannya biasanya untuk lompat rintangan.
Warmblood, silangan dari jenis kuda arab atau thoroughbred dengan jenis lain biasanya untuk tunggang serasi.
Dalam Asian Games 2018 ini sendiri, olahraga berkuda tidaklah bertujuan mengadu kecepatan, namun kemampuan mengendalikan kuda.
(Baca Juga: Luis Suarez Sebut Gelar Liga Spanyol Sudah Tidak Istimewa)
Yakni dressage (tunggang serasi), jumping (lompat rintangan), dan eventing (trilomba).
Bagaimana dengan kuda lokal?
Seperti pernah ditulis di majalah Intisari edisi Desember 2003, menurut Rafiq H. Radinal, atlet nasional berkuda Indonesia, kuda lokal cukup baik untuk pemula.
Namun kuda impor tetap memiliki kemampuan di atas kuda-kuda lokal.
Contohnya, kuda lokal dewasa dapat lompat maksimal 1,1 atau 1,2 meter.
Sedangkan kuda impor mampu mencapai 1,4 meter dengan mudah.
(Baca Juga: Saking Kilatnya, Keunggulan Arema FC Atas Persib Setara dengan Belasan Kedipan Mata Orang Dewasa)
Sehingga kuda juga memiliki paspor agar bisa melanglang buana.
"Dulu, tak ada negara yang membolehkan kuda Indonesia masuk, karena dianggap tak bebas penyakit," kata Rafiq sambil memperlihatkan beberapa jenis paspor kuda.
Paspor itu lengkap dengan merinci nama, kondisi fisik, vaksinasi yang didapat, lengkap dengan cap inspeksi dari arena dan ahli setempat.
Olahraga berkuda sejatinya bagai dua atlet yang bekerja bersama,yakni manusianya dan kuda itu sendiri sebagai atlet.
Sedangkan untuk dapat menjadi dekat dengan kuda, manusia harus pelan-pelan dalam mendekati binatang berkaki empat tersebut.
Pendekatan terhadap kuda harus perlahan, bertahap, dengan mengusap kepala dan punggungnya sehingga lama-lama mirip seperti binatang peliharaan sendiri.