Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sempat tenar di awal tahun 1990- an, namanya timbul tenggelam di tengah gempuran olahraga ekstrim. Perlahan, tren sepatu roda kembali muncul permukaan dan membuat namanya makin diperhitungkan.
Dibanding skateboard dan BMX, salah satu cabang olahraga ekstrim yang satu ini bisa dibilang tidak terlalu banyak peminat, khususnya di Indonesia.
Itulah sebabnya sejak awal kemunculannya di Indonesia sejak periode tahun 1990-an silam, namanya seakan mati segan, hidup tak mau.
Tidak tenar-tenar amat, tapi juga tidak begitu sepi peminat. Yap, itulah aggressive inline skate.
Namun itu dulu. Perlahan, olahraga ini mulai kembali diminati para adrenaline junkie. Buktinya, skatepark kini tidak cuma didominasi oleh para skater dan rider BMX aja, tapi juga mulai dipadati oleh para pegiat aggressive inline skate.
(Baca Juga: Terpopuler Olimpik - 7 Tindakan Tak Sportif Valentino Rossi hingga Kabar Terbaru Tyson Fury)
Itu belum seberapa. Para pemain serta komunitasnya kini mulai muncul ke permukaan. Salah satunya adalah Iwank.
“Ya, bisa dibilang, olahraga ini (aggressive inline skate), mulai digandrungi lagi. Menurut gue, salah satu alasannya adalah aggressive inline skate bikin penasaran orang yang lihat. Tidak heran, sih, olahraga ini emang sering terbang-terbangan (melakukan trik di udara), ha ha ha…,” kata salah satu anggota komunitas Bogor Rolling.
NO LIMIT FOR CREATIVITY
Berbeda dengan skateboard dan BMX yang menggunakan media papan seluncur serta sepeda, bisa dibilang, aggressive inline skate tidak butuh peralatan atau perlengkapan yang rumit.
Cukup menggunakan sepatu beroda khusus, maka kita sudah bisa meluncur di mana saja.
Itu sebabnya, menurut Ozie, salah satu anggota komunitas Jakarta Roling, aggressive inline skate menawarkan kebebasan lebih terhadap para pemainnya.
Menurut Ozie, olahraga ini jadi terlihat lebih bebas dan menyenangkan.
“Aggressive inline skate lebih bebas, tidak ada batasan gerak di olahraga ini. Bisa dibilang, hampir tidak ada batas untuk kreativitas gerak di sini. Kita bisa melompat sambil melakukan beberapa putaran di udara, nge-grind di rails atau tembok, main di jalan sampai di skatepark,” ujar cowok yang juga menjaga sebuah toko aggressive inline skate bernama 8roll shop di kawasan Lubang Buaya, Jakarta.
Senada dengan yang dikatakan Ozie, Iwank juga mengamini hal tersebut.
Cowok yang sudah bermain aggressive inline skate sejak 2013 silam ini menambahkan bahwa itu jadi salah satu alasan kenapa olahraga ini jadi lebih menyenangkan untuk dimainkan.
Selain itu, masih menurut Iwank, kemudahan dalam melakukan beberapa trik keren juga jadi salah satu faktor kenapa aggressive inline skate mulai kembali digemari.
“Meski tidak gampang-gampang banget, tapi triknya tidak sesulit skateboard dan BMX. Selain itu, harganya juga agak bersahabat. Untuk sepasang boots (sepatu khusus aggressive inline skate), harganya berkisar antara Rp 2,5 juta sampai Rp 8 juta,” ujar Iwank.
“Sementara kalau untuk perawatannya, sih, tidak terlalu ribet. Paling kita hanya mempersiapkan uang sebesar Rp 250 ribu sampai Rp 500 ribu untuk mengganti wheels yang perlahan habis,” kata Ozie.
MIRIP PARKOUR
Meluncur dan melompat di udara jadi suguhan utama buat kita yang menyaksikan atau melakukan olahraga ini.
Makanya, jangan heran kalau tidak sedikit dari kita lantas beranggapan bahwa olahraga ini punya aturan yang tidak berbeda jauh dari parkour.
Begitu juga dengan Iwank. Meski tidak mirip-mirip banget, dia tidak menampik bahwa ada beberapa kesamaan antara aggressive inline skate dengan parkour.
“Selain menggunakan kaki dan melompat sebagai poin utamanya, di olahraga ini ada beberapa trik yang diadopsi dari gerakan parkour, salah satunya adalah Misty Flip. Yakni memutar badan ke arah samping,” ucap Iwank.
Tidak berhenti sampai di situ. Ozie menambahkan bahwa namanya olahraga yang berhubungan dengan gravitasi, pasti membuat para pemainnya jadi akrab dengan yang namanya aspal, atau lantai keras.
Itu sebabnya, cedera yang dihasilkan pun tidak berbeda jauh dari parkour atau olahraga ekstrim lainnya. Kebanyakan menyasar bagian kaki.
Ozie contohnya. Buat dia, kaki bengkak sampai cedera engkel jadi salah satu hal yang jamak ditemui dalam permainan aggressive inline skate.
“Dulu, gue pernah salah jatuh saat ngetrik. Saat itu, gue jatuh dengan satu kaki duluan dan bikin kaki gue split. Gara-gara itu, ligament lutut gue renggang dan membuat gue harus beristirahat selama sekitar delapan bulan, ha ha ha,,” kata Iwank.
Makanya, buat kita yang baru pengen nyobain bermain aggressive inline skate, Ozie dan Iwank tidak lupa untuk mengingatkan kita soal masalah keselamatan.
(Baca Juga: Begini Keadaan Hubungan Lewis Hamilton dan Max Verstappen Setelah Berselisih di GP Bahrain)
Seperti yang udah dibilang, berteman dengan gravitasi, bakal bikin kita jadi lebih akrab dengan yang namanya aspal!
“Ini olahraga ekstrim, kita harus udah tahu semua resikonya. Jadi, sebisa mungkin pakai pelindung kayak helm sampai bodi protektor. Tapi tidak usah takut, selama mengikuti arahan, sih, olahraga ini bisa jadi candu buat kita. Dijamin ketagihan kalau udah coba sekali main,” ujar Ozie, cowok yang juga pernah menjajal beberapa olahraga ekstrim seperti dirt jump sebelum beralih ke aggressive inline skate.
Gimana, punya cukup nyali buat mencoba?